ArtikelPendidikan

“Isra Mi’raj: Pedang Bermata Dua bagi Santri”

“Sesuatu yang memiliki konsekuensi baik dan buruk. Isra Mi’raj menjadi pelajaran hidup dan ujian keberkahan bagi Santri, kira-kira begitulah tafsiran penulis terhadap kalimat ambigu yang menjadi judul pada tulisan di bawah ini”

Penulis: Akhyarul Hakim
Editor: Fauzan Taqiuddin Abdul Fatah

Tulisan sederhana ini saya tulis sebagai pengingat untuk diri saya sebagai santri, dan semua santri yang ada di berbagai belahan dunia sebagai orang yang akan mewarisi ilmu-ilmu ulama yang tersambung langsung kepada Rasulullah saw. Aamin Yaa Rabbal ‘Alaminn…

Saya bersaksi dan yakin bahwa semua santri akan selalu mengingat dawuh-dawuh dari pada Masyaikhnya. Oleh karena itu, tulisan ini merupakah pesan langsung,  dawuh-dawuh dari salah satu murabbina kami yang disampaikan saat acara memperingati Isra wal-Mi’raj di Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang.

Itu saja mungkin, sebagai prolog. Selebihnya silakan nikmati tulisan al-fakir yang masih belajar meneteskan tinta pada lembaran-lembaran berikut ini. Selamat membaca!

Isra’ Mi’raj: Sebuah Pelajaran Kehidupan di Mata Santri/Pelajar

Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa agung dalam perjalanan hidup Rasulullah saw. Bagi para santri, momen ini bisa diibaratkan seperti liburan. Liburan adalah saat di mana kalian akan menghadapi pengalaman baru yang mungkin tidak kalian rasakan ketika berada di pondok. Namun, sebagaimana perjalanan Isra’ Mi’raj Rasulullah saw mengandung pelajaran yang dalam, liburan pun menyimpan tantangan dan ujian yang tak kalah penting.

Ketika Rasulullah saw melakukan Isra’ Mi’raj, beliau ditawari tiga jenis minuman: air, susu, dan khamr (minuman keras). Ini bukan sekadar pilihan sederhana, melainkan ujian yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan dan keburukan. Sama halnya dengan santri yang pulang ke rumah saat liburan. Kalian akan bertemu teman-teman lama, dan di sana kalian akan dihadapkan pada berbagai pilihan: ada yang menawarkan kebaikan, namun ada pula yang mengajak kepada keburukan, seperti kenakalan lama atau hal-hal yang tidak bermanfaat.

Dalam perjalanan Isra’ Mi’raj, Rasulullah saw juga mendengar panggilan dari kanan dan kiri, sebuah ujian yang menguji keteguhan hati beliau. Begitu pula kalian. Ketika pulang, akan ada banyak ajakan, baik dari kanan maupun kiri. Ujian sesungguhnya adalah apakah ilmu yang telah kalian pelajari selama enam bulan terakhir dapat menjadi bekal untuk menghadapi semua itu.

Kami, para pengurus pondok pesantren, memiliki tujuan mulia dalam mendidik kalian. Kami ingin menjadi seperti malaikat yang membersihkan hati Rasulullah saw sebelum perjalanan Isra’ Mi’raj. Kami berusaha mendidik dan membimbing kalian agar kalian siap menghadapi panggilan-panggilan yang menyesatkan, siap memilih jalan yang benar di tengah berbagai godaan.

Hasil dari perjuangan kalian selama di pondok akan terlihat setelah liburan. Berikut dua kriteria santri:

  1. Santri yang Berhasil Menjaga Ilmu dan Keberkahan

Mereka yang termasuk golongan ini akan pulang ke rumah dan menjadi pribadi yang lebih baik. Mereka mampu mengamalkan ilmu yang telah didapatkan di pondok dan tidak kembali ke kebiasaan buruk di masa lalu. Jika kalian termasuk golongan ini, bersyukurlah. Itu artinya usaha, kesabaran, dan perjuangan kalian selama di pondok telah teruji dan berhasil.

  1. Santri yang Kehilangan Arah Setelah Liburan

Mereka yang termasuk golongan ini adalah santri yang selama di pondok terlihat baik, namun ketika pulang, mudah terpengaruh oleh ajakan buruk. Jika ini terjadi, maka ada sesuatu yang perlu dievaluasi. Mungkin kalian pernah meremehkan nasihat guru, melanggar aturan pondok, atau melakukan hal-hal kecil yang mengurangi keberkahan. Bahkan hal sepele, seperti mengambil sesuatu tanpa izin, Dan menggosab sandal, bisa menjadi penyebab dicabutnya keberkahan itu. Jika kalian merasa termasuk golongan kedua, jangan menyerah. Evaluasilah diri kalian. Ketika kembali ke pondok, jadikan itu sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri. Jangan biarkan enam bulan perjuangan kalian di pondok menjadi sia-sia.

Sebagai pengurus, kami mendoakan dan mendidik kalian dengan sepenuh hati. Harapan kami adalah agar kalian menjadi santri yang sukses, baik di dunia maupun di akhirat. Santri yang sukses adalah mereka yang baik di pondok, dan ketika pulang menjadi lebih baik lagi. Mereka tidak hanya membahagiakan orang tua, tetapi juga memberikan manfaat bagi agama, bangsa, dan negara.

Sebagai penutup, mari kita berdoa bersama agar semua santri Pondok Pesantren Al-Khoirot menjadi santri yang penuh keberkahan, sukses di dunia dan akhirat, serta senantiasa membawa manfaat bagi diri sendiri, keluarga, agama, dan masyarakat.

 

+ posts

Santri asal Bandung, namun lebih lama hidup di kotanya orang. Lebih tepatnya, pada pertengahan tahun 2016, ia berunjuk gigi di hadapan publik dengan keberadaannya di ujung pulau Jawa, JAWA TIMUR!.

Soal sekarang, Alhamdulillah masih betah pada fase bertahan sementara untuk manfaat selamanya. Maksudnya, status masih pelajar tingkat Ma'had Aly di Pondok Pesantren Al-Khoirot dan belum menikah. Ingat, BELUM MENIKAH!

Kebetulan, dia juga sedang menempuh studi S1 nya di Universitas Al-Qolam Malang, jika malas baca bisa disingkat menjadi UQM, begitu katanya.

Itu saja mungkin perkenalan dengan kalian, selebihnya bisa berkunjung ke rumahnya.

Akhyarul Hakim