Artikel

Tradisi Rabu wekasan

Tradisi Rabu wekasan

Tentu tidak asing lagi ditelinga umat muslim tentang hari rabu wekasan, rabu wekasan diambil dari bahasa jawa yang artinya hari rabu terakhir. Selain kata wekasan atau pungkasan dalam bahasa jawa,terdapat juga dalam bahasa maduranya yakni rabu bekasan. Rabu wekasan ini diperingati pada tanggal 27 bulan safar,yakni bulan kedua dari bulan hijriyah. Sangat sesuai dengan sebutan yang sudah kerap diucapkan serta dilakukan masyarakat muslim sebagai budaya serta tradisi. Ketika datangnya rabu wekasan terdapat kepercayaan masyarakat tentang suatu kejadian, yakni datangnya beberapa bala’ pada hari itu. Maka dari kepercayaan inilah terdapat inisiatif agar umat muslim melakukan beberapa amalan untuk menolak bala’.

Tradisi rabu wekasan termasuk salah satu bentuk kepercaan yang simbolis serta religius karena masih berhubungan tentang agama. Dari tradisi pastinya terdapat sumber bagaimana masyarakat bisa mempercayai tradisi ini. Awal mulanya berasal dari  dari pernyataan serta kesaksian dari sebagian orang yang ahli makrifat dan orang yang ahli mukasyafah  dan ahli tamkin (orang yang sudah teguh di dalam derajat haqiqat/makrifat), mereka berkata bahwa setiap tahun Allah menurunkan bencana jumlahnya 320.000 bencana, kesemuanya diturunkan pada hari Rabu yang terakhir bulan Safar. Penjelasan tentang peristiwa ini terdapat dalam kitab  “Kanzun Najah was-Suraar fi Fadail alAzmina wasy-Syuhaar“,karya Syech Abdul Hamid al-Quds. Selain itu rabu wekasan juga memiliki anggapan dari Masyarakat jahiliyah kuno, termasuk bangsa Arab, sering mengatakan bahwa pada bulan Shafar adalah bulan sial yang dikatakan Tasa’um(anggapan sial). Ada juga yang mengatakan bahwa rabu wekasan yang tepatnya pada bulan safar itu adalah hari nahas,yakni hari datangnya kesialan.

Telah dijelaskan dalam kitab Al-Risalah Al-Badi’ah bahwa terdapata anjuran ketika datang rabu wekasan,yakni melakukan sholat sunnah muthlaq sebanyak 4 rokaat dengan ketentuan. Ketentuan tersebut terdapat dalam pembacaan tiap-tiap rokaat sholatnya, membaca Surat Al-Fatihah 1x, Surat Al-Kautsar 17x, Surat Al-Ikhlas 5x,Surat Al-Falaq 1x dan Surat An-Naas 1x. Lalu membaca do’a ini ketika selesai salam:

بِسْمِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. اَللّهُمَّ يَا شَدِيدَ

الْقُوى، وَيَا شَدِيدَ الْمِحَالَ، يَاعزِيزُ، يَا مَنْ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيع عَلَّقِكَ، اكْفِنِي مِنْ شَرِّ جَمِيع خَلْقِكَ، يَا مُحْسِنُ، يَا مُجملُ، يَا مُتفضِلُ، يَا مُنْعِمُ، يَا مُتَكَرِّمُ، يَا مَنْ لاَ إلهَ إِلَّا أَنْتَ، ارْحَمْنِي بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.

اَللّهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ، وَأَخِيْهِ، وَجَدِّهِ، وَأَبِيهِ، وَأُمِّهِ، وَبَنِيْهِ، اِكْفِنِي شَرَّ هَذَا الْيَوْمِ، وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ، يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ، يَادَافِعَ الْبَلِيَّاتِ، فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَحَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، وَلَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ، وَصَلَّى الله عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Tidak hanya membaca do’a tetapi kita juga dianjurkan meminum air adzimat yang telah menyatu dengan do’a-do’a .

Referensi

  1. https://jatim.nu.or.id/keislaman/mengenal-tradisi-rebo-wekasan-berikut-amalan-beserta-doanya-wPuJN
  2. https://islam.nu.or.id/syariah/penjelasan-mengenai-rebo-wekasan-SB92l
  3. https://nu.or.id/nasional/amalan-dan-doa-rebo-wekasan-at5a5
  4. https://www.nu.or.id/nasional/rebo-wekasan-betulkah-hari-nahas-zrICi

 

Mahasiswi at IAI Al-Qolam Malang | + posts

Alumni pondok pesantren Al-Khoirot putri, mahasiswi aktif di IAI Al-Qolam Malang, Sedang mengabdi di Madrasah Aliyah dan madrasah Diniyah Al-Khoirot putri

Avatar

Ita Nur Aini

Alumni pondok pesantren Al-Khoirot putri, mahasiswi aktif di IAI Al-Qolam Malang, Sedang mengabdi di Madrasah Aliyah dan madrasah Diniyah Al-Khoirot putri