Peringatan Hari Santri Nasional 2024, Gus Helmi Ali: Apa Hubungan Antara Kiai dan Santri?
Malang, alkanews.com-Santri pondok pesantren Al-Khoirot sukses menggelar upacara dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2024, di halaman utama, pesantren Al-Khoirot, Malang, Selasa (22/10/2024).
Ratusan santri terlihat sangat antusias dalam menyambut datangnya Hari Santri Nasional (HSN) 2024. Di tengah-tengah upacara berlangsung, para santri sangat fokus dan merenungkan amanat-amanat yang disampaikan oleh pembina upacara, gus Helmi Ali.
“Cuma dua poin yang ingin saya sampaikan: yang pertama, apa hubungan antara seorang kiai dan santri? Kenapa kai itu doanya panjang-panjang? Karena beliau berharap agar santrinya itu mendapat taufiq dari Allah. Kenapa seorang kiai itu tahajud lama-lama? Karena yang diharapkan oleh seorang kiai adalah santri-santri yang bisa menggemuh dunia. Kenapa kiai itu belajarnya sampai ke luar negeri habis-habisan, habis uang, habis tenaga, kenapa? Karena untuk memberikan ilmu terbaik untuk santri-santrinya,” tuturnya.
“Lalu apa yang bisa diberilkan santri kepada kianya? Apakah bentuk hormat, kalau ada kiainya takdzim? Itu bagus. Tapi ada yang lebih penting, apa itu? Yaitu rasa husnudzon kalian kepada kiai kalian. Ketika kalian husnudzon kepada kiai kalian, kiai Ahmad, kiai Hamid, kiai Humaidi ilmunya itu akan lebih mudah masuk kepada kalian. Hal-hal yang beliau sampaikan akan mudah nyampe kepada kalian,” lanjutnya dengan penuh harapan.
“Yang kedua, ini, yang perlu kalian perhatikan dalam mempererat hubungan dengan kiai kalian adalah memperjuangkan apa yang kiai-kiai kalian perjuangkan. Kalau kalian merasa santrinya kiai Ahmad berusahalah untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi. Kalau kalian merasa santrinya kiai Hamid Istiqomahlah, jujurlah, syariat perjuangkanlah, kalau haram diharamkan kalau halal dihalalkan. Begitu juga kalau kalian merasa santrinya kiai Humaidi ikuti, contohlah apa yang beliau contohkan kepada kita,” ujarnya dengan tegas.
“Poin ke-2 yang ingin saya sampaikan adalah apa hikmah, apa keuntungan kita memperingati HSN ini? FYI tahun demi tahun, karena ada dua perkara di negeri tercinta ini untuk memperingati suatu momen, misalnya satu 17 Agustus, upacara, yang kedua upacara Hari Santri. Untuk apa? Untuk menghormati kalian. Santri itu penting di Indonesia. Santri itu dihargai, sangat di Indonesia. Tapi apa yang dihargai dari kalian? Ini fakta kalian yang kedua, santri itu dihormati, ditinggikan drajatnya untuk wadah politik, karena itu tidak ada harganya, karena kalian banyak saja kalian itu ditinggi-tinggikan, karena kalau kiainya dawuh pilih ‘A’ pilih ‘B’ santrinya pasti ngikut. Tapi saya harap santri Al-Khoirot tidak, tidak seperti itu. Santri Al-Khoirot itu punya ilmu, punya integritas, punya value yang tidak mudah digiring opini kesana-kesitu, begitu!,” lanjutnya.
“Suatu saat nanti kalau ada di antara kalian jadi DPR atau jadi Bupati, atau menjadi pejabat yang bisa membuat hukum, yang membuat kiai kalian bangga bukan stor bantuan untuk pondok, itu bagus. Tapi ada yang lebih penting dari itu, misalnya kalian jadi DPR, nih, sowan ke kiai, tanya kiai, ‘visi apa yang panjenengan punya untuk membangun Indonesia?’ ‘Visi apa yang panjenengan inginkan untuk saya tuangkan di Undang-Undang (UU) yang saya punya ini untuk kemaslahatan negara kita, untuk kemaslahatan agama kita?’ Itu santri yang hebat!,” tegasnya.
“Yang kedua, suatu saat misalnya ada yang menjadi DPR atau bupati nanti, siapa pun yang sowan ke kiai Hamid, ‘kiai, anak-anak pemuda di zaman saya ini sekarang sudah rusak, saran apa yang panjenengan bisa sarankan kepada saya sehingga saya bisa membuat aturan di negara ini untuk membatek pemuda-pemuda di generasi selanjutnya’. Itu santri yang membanggakan,” ujarnya dengan motivasi.
“Santri yang bisa meneruskan, memperjuangkan visi-misi dari pada gurunya. Saya harap semoaga kalian sukses semuanya di dunia dan akhirat,” tuturnya.
“Aaminnn…” kata ratusan santri.
“yang bisa membanggakan orang tuanya, dan bisa mendapatkan istri yang cantik” lanjutnya penuh senyuman.
“Aaminn..” gemuruh santri lebih keras.
“tapi yang salihah.” pungkasnya.
Santri asal Bandung, namun lebih lama hidup di kotanya orang. Lebih tepatnya, pada pertengahan tahun 2016, ia berunjuk gigi di hadapan publik dengan keberadaannya di ujung timur pulau Jawa.
Soal sekarang, Alhamdulillah masih duduk di bangku yang tidak umumnya orang duduki. Maksudnya, status masih pelajar tingkat Ma'had Aly di Pondok Pesantren Al-Khoirot dan belum menikah.
Kebetulan, dia juga sedang menempuh studi S1 di Universitas Al-Qolam Malang, jika malas baca bisa disingkat menjadi UQM, begitu katanya.
Itu saja mungkin, selebihnya bisa berkunjung ke rumahnya.