Nduk, Iki Namung Dunyo: Mengapa Kamu Begitu Kepayahan Mengejarnya?
Nduk, Iki Namung Dunyo: Mengapa Kamu Begitu Kepayahan Mengejarnya?
Wahai anakku, duduklah sejenak. Mari kita bicara tentang dunia yang kamu kejar dengan begitu gigih, seolah-olah di ujung sana ada sesuatu yang bisa membuatmu sempurna. “Nduk, iki namung dunyo.” Ini hanya dunia, tempat sementara, penuh fatamorgana yang sering kali membuat kita lupa apa yang sejatinya kita cari. Kamu mungkin merasa bahwa dunia ini menawarkan segalanya—kesuksesan, kebahagiaan, cinta, kekayaan. Tapi, tidakkah kamu sadar? Dunia ini tak pernah benar-benar bisa memberikan yang abadi.
Kita manusia sering terjebak dalam ilusi bahwa dunia ini adalah tujuan akhir, padahal hakikatnya dunia hanyalah perlintasan. Kamu kepayahan, berlari tanpa henti, mengejar hal-hal yang hanya terlihat indah dari kejauhan. Semakin dekat kamu, semakin kamu sadar bahwa kebahagiaan dunia itu ternyata fana, tidak pernah benar-benar bisa dimiliki. Hari ini kamu mendapatkannya, besok ia pergi. Seperti pasir di genggaman tangan, semakin erat kamu memegangnya, semakin cepat ia hilang.
Mengapa kamu begitu kepayahan mengejarnya, wahai anakku? Dunia ini tak lebih dari ladang ujian, tempat kamu belajar, jatuh, dan bangkit lagi. Jangan sampai kamu habiskan seluruh hidupmu hanya untuk hal-hal yang tak akan kamu bawa ke akhirat. Cobalah berhenti sejenak, lihatlah sekelilingmu. Apakah semua yang kamu kejar itu benar-benar membuatmu bahagia? Apakah dengan mencapai puncak kesuksesan duniawi, kamu merasa tenang di dalam hati?
Jika dunia ini sungguh-sungguh bisa memenuhi segala keinginan manusia, mengapa banyak orang yang telah mencapai puncak kesuksesan justru merasa hampa? Karena, anakku, dunia ini tidak diciptakan untuk membuatmu lengkap. Dunia ini adalah tempat di mana kamu belajar tentang ketidaksempurnaan, sehingga pada akhirnya kamu akan sadar bahwa yang sempurna hanya ada pada-Nya.
“Nduk, iki namung dunyo.” Hiduplah di dunia, tapi jangan biarkan dunia hidup di dalam hatimu. Kejar mimpimu, berusahalah, namun jangan sampai kamu lupa bahwa semua ini hanya persinggahan. Tujuan akhirnya adalah perjalanan pulang—kembali kepada-Nya, dalam keadaan damai, dengan jiwa yang tenang. Jangan biarkan dirimu tersesat dalam hiruk-pikuk dunia, karena hakikat kebahagiaan bukanlah pada apa yang bisa kamu kumpulkan di sini, tetapi pada apa yang bisa kamu berikan untuk kehidupan yang kekal di sana.
Alumni PP Al-Khoirot Putri yang sedang menempuh pendidikan di Yogyakarta