Belajar Bersyukur untuk Mengikis Iri Hati
Rasa iri hati sering kali muncul ketika seseorang membandingkan dirinya dengan orang lain. Perasaan ini membuat hati menjadi sempit dan sulit menerima kenyataan yang sedang dijalani. Padahal, setiap manusia memiliki rezeki, takdir, serta jalan hidup yang berbeda sesuai ketetapan Tuhan. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk belajar bersyukur agar tidak terjebak dalam jerat iri hati.
Bersyukur bukan sekadar ucapan di bibir, melainkan kesadaran yang tumbuh dari hati yang ikhlas menerima apa adanya. Dengan bersyukur, seseorang mampu menghargai nikmat kecil yang mungkin sering diabaikan. Ketika hati terbiasa menghitung nikmat yang ada, maka rasa iri akan perlahan terkikis. Sebab, tidak ada ruang bagi hati yang penuh syukur untuk menumbuhkan perasaan dengki.
Dalam Islam, Al-Qur’an telah memberikan panduan yang jelas terkait hal ini. Salah satu ayat yang menyinggung perihal iri hati adalah dalam Surat An-Nisa ayat 32, yang melarang umatnya iri terhadap apa yang telah Allah karuniakan kepada orang lain. Ayat tersebut menekankan agar setiap orang fokus pada usahanya sendiri dan memohon kepada Allah apa yang diinginkan. Dengan demikian, arah hidup tidak lagi terikat pada perbandingan, melainkan pada perjuangan diri sendiri.
Selain itu, Nabi Muhammad saw. melalui hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim juga memperingatkan umat Islam untuk tidak saling mendengki. Dalam hadis tersebut, beliau menekankan pentingnya menjaga persaudaraan sesama Muslim dengan menjauhkan diri dari sifat iri. Persaudaraan akan semakin kokoh apabila masing-masing individu bisa menerima kelebihan maupun kekurangan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa syukur dan ukhuwah memiliki hubungan yang sangat erat.
Sementara itu, dalam Alkitab juga terdapat pesan yang senada mengenai bahaya iri hati. Amsal 14:30 menyebutkan bahwa hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang. Pesan ini mengingatkan bahwa iri bukan hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga kesehatan fisik dan batin. Dengan demikian, bersyukur dapat menjadi obat jiwa yang mampu menenangkan hati.
Belajar bersyukur berarti melatih diri untuk melihat kebaikan dalam segala hal. Orang yang pandai bersyukur tidak mudah terguncang oleh kesuksesan orang lain karena hatinya penuh dengan penerimaan. Ia mampu mengalihkan energi negatif dari rasa iri menjadi motivasi untuk berkembang. Dengan cara ini, kehidupan akan terasa lebih ringan dan bermakna.
Rasa iri hati memang wajar muncul, tetapi harus segera diolah agar tidak merusak diri. Bersyukur adalah kunci untuk mengikisnya, karena syukur mampu melahirkan ketenangan dan kebahagiaan sejati. Dalam Islam untuk menjauhi iri hati selalu dikaitkan dengan pentingnya sikap syukur. Maka, siapa pun yang ingin hidup damai dan tenteram, hendaknya senantiasa belajar bersyukur dalam setiap keadaan.

