BeritaPendidikan

Suntikan Semangat dan Arahan dalam Rapat Triwulan: KH. Ahmad Fatih, “Bersyukur Itu Mudah, Murah, dan Membahagiakan”

Malang, Kabupaten — Pondok Pesantren Al-Khoirot menggelar rapat triwulan pada Selasa, 12 Agustus 2025, bertempat di musala Pondok Pesantren Al-Khoirot Putri. Acara dimulai pukul 08.20 WIB dan dibuka oleh Muhammad Abduh selaku pembawa acara. Musala tampak dipadati oleh segenap civitas akademika Pondok Pesantren Al-Khoirot, baik dari pihak putra maupun putri. Kehadiran para guru, staf, pengurus, serta seluruh pihak yang terlibat menunjukkan antusiasme tinggi terhadap jalannya rapat.

Dalam sambutannya, KH. Ahmad Fatih mengucapkan rasa syukur kepada Allah di hadapan para hadirin atas pertemuannya pada kesempatan kali ini. “Pertama, mari kita bersyukur, bersyukur atas dapatnya kita bertemu kita hari ini. Yang kedua,  bersyukur atas capaian-capaian yang telah kita lampaui,” tegas beliau, seraya mengutip Surat Ibrahim ayat 7 sebagai pengingat akan pentingnya rasa syukur.

Beliau juga menyinggung dampak psikologis dari kurangnya rasa syukur. “Secara psikologis, orang yang tidak bisa mensyukuri apa yang ia alami dan nikmati disebut mengalami self-destruction, yaitu menghancurkan diri sendiri. Ia tidak akan pernah merasa bahagia karena selalu mengeluh dan tidak mampu melihat kebahagiaan di sekitarnya,” jelas beliau.

“Jadi, orang yang tidak mau bersyukur, baik mensyukuri kondisi kelebihan orang lain, mensyukuri kelebihan lembaga yang sudah dicapai, mensyukuri dirinya sendiri maka dia tidak akan pernah berbahagia. Selalu mengeluh, karena tidak pernah melihat kebahagian di depan dia. Maka itu di dalam ilmu psikologi disebut self destruct, orang yang menhancurkan dirinya sendiri. Maka kita harus, oleh karena itu, yang pertama-tama harus kita lakukan saat ini adalah bersyukur,” tambahnya.

Beliau juga mengulas perkembangan Pondok Pesantren Al-Khoirot sejak tahun 2008, “Kalau kita lampaui sejenak kepada keadaan pondok pesantren Al-Khoirot sebelum 2008. Pada waktu itu sistem di Al-Khoirot masih sistem salaf murni, di mana dari segi kuantitas jumlah santri itu tidak melebihi 150 untuk putra dan putri, semuanya. Itu pun kadang-kadang ada yang mondoknya setahun, kemudian boyong setahun, setahun berikutnya balik lagi. Atau, kalau pulang itu dua bulan tiga bulan, setelah tiga bulan kembali lagi. Sekarang, Alhamdulillah, setelah kebetulan bersamaan dengan diadakannya lembaga pendidikan formal, mulai 2009 untuk putra dan 2010 untuk putri, maka menurut data terakhir, jumlah total santri Al-Khoirot putra dan putri ada 1666, dan itu bisa menjadi syarat utama. Bahkan jumlah staf, baik guru, ust, dan pengurus itu saja sudah berjumlah 338 staf. Mulai dari MTS pihak putri, MA putra-putri, Madin putra-putri. Semuanya berarti termasuk TK, RA TK, dan TPQ, itulah jumlah total staf dan guru, itu sudah masuk ke dalam 338. Artinya, dua kali lipat dibanding jumlah santri pada tahun 2008,” ujar beliau.

Beliau menambahkan, bahwa keberhasilan pesantren tidak terlepas dari peran berbagai pihak, “Jadi, secara garis besar ada perbandingan yang sangat mencolok sebelum 2008 dan paska 2008. Dan, tentu suatu keberhasilan itu tidak datang tiba-tiba. Ada pihak-pihak yang berusaha. Ada, istilahnya kalau perang itu pasukan depan, pasukan garis depan. Nah, dalam hal ini untuk datangnya begitu banyak santri yang datang ke Al-Khoirot maka kita harus memberi apresiasi kepada tim yang telah memberi tahu, mengiklankan, menginformasikan Al-Khoirot ini ke dunia luar. Siapa tim itu ya, kita beri apresiasi kepada tim IT. Kalau dulu dipimpin oleh Ust. Najib. Setelah pulang, termasuk sekarang ada Muhammad Abduh, Diko Saputra, kemudian Riki merekalah yang bekerja setiap hari. Mulai dari melakukan live streaming setiap pengajian, yang membuat Al-Khoirot terkenal di mana-mana, kemudian juga memuat kutipan-kutipan di berbagai media sosial setiap hari. Itu membuat image, citra Al-Khoirot di mata orang-orang yang tidak pernah ke AL-Khoirot sebelumnya, itu jadi naik,” imbuhnya.

Pada pertengahan, KH. Ahmad Fatih juga menyampaikan terima kasih kepada para guru atas kesabaran dan ketelatenan mereka dalam mendidik santri. Beberapa wali santri bahkan mengungkapkan keinginan untuk mendirikan pesantren dengan sistem serupa Al-Khoirot, seperti yang direncanakan oleh wali santri asal Lombok. Beliau, juga menekankan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama seluruh pengurus. Diharapkan para pengurus memiliki inovasi agar operasional pesantren tidak bergantung pada satu orang. Pendelegasian program dan semangat istikamah menjadi kunci keberhasilan, sebagaimana dicontohkan oleh Pesantren Sidogiri. Kemudian evaluasi dilakukan melalui masukan dari lingkungan sekitar. Setelah berusaha maksimal, tahap berikutnya adalah tawakal dan refleksi.

Di akhir sambutannya, KH. Ahmad Fatih kembali menegaskan slogan Pondok Pesantren Al-Khoirot: “Ilmuwan Ulama, Ulama Ilmuwan.” Santri diakui sebagai alumni jika telah lulus minimal Madrasah Diniyah tingkat Ibtidaiyah. Santri yang ideal adalah mereka yang mondok sejak jenjang MTs, karena telah mendapatkan pembinaan sejak awal.

 

+ posts

Santri asal Bandung, namun lebih lama hidup di kotanya orang. Lebih tepatnya, pada pertengahan tahun 2016, ia berunjuk gigi di hadapan publik dengan keberadaannya di ujung timur pulau Jawa.

Soal sekarang, Alhamdulillah masih duduk di bangku yang tidak umumnya orang duduki. Maksudnya, status masih pelajar tingkat Ma'had Aly di Pondok Pesantren Al-Khoirot dan belum menikah.

Kebetulan, dia juga sedang menempuh studi S1 di Universitas Al-Qolam Malang, jika malas baca bisa disingkat menjadi UQM, begitu katanya.

Itu saja mungkin, selebihnya bisa berkunjung ke rumahnya.

Fauzan Taqiyuddin

Santri asal Bandung, namun lebih lama hidup di kotanya orang. Lebih tepatnya, pada pertengahan tahun 2016, ia berunjuk gigi di hadapan publik dengan keberadaannya di ujung timur pulau Jawa. Soal sekarang, Alhamdulillah masih duduk di bangku yang tidak umumnya orang duduki. Maksudnya, status masih pelajar tingkat Ma'had Aly di Pondok Pesantren Al-Khoirot dan belum menikah. Kebetulan, dia juga sedang menempuh studi S1 di Universitas Al-Qolam Malang, jika malas baca bisa disingkat menjadi UQM, begitu katanya. Itu saja mungkin, selebihnya bisa berkunjung ke rumahnya.