Selayaknya Kita Bersabar, Karena Tidak Semua Jawaban Perlu Dikejar
Oleh: Fathan Faris Saputro (MPID PDM Lamongan)
Dalam hidup ini, manusia sering kali merasa gelisah saat jawaban dari doanya tak kunjung tiba. Kita terbiasa hidup dalam dunia yang cepat, serba instan, dan penuh desakan untuk segera mengerti, segera memiliki, dan segera sampai. Padahal, tidak semua hal dalam hidup perlu dikejar jawabannya dengan tergesa-gesa. Ada saatnya kita cukup diam, percaya, dan bersabar. Sebab di balik ketidaktahuan hari ini, Allah sedang menyiapkan pemahaman yang lebih bijak di kemudian hari.
Sabar bukan berarti berhenti bergerak, bukan pula menyerah. Sabar adalah bentuk tertinggi dari kesadaran bahwa segala sesuatu punya waktu yang telah ditetapkan oleh Allah. Ketika manusia memaksakan kehendaknya tanpa mengindahkan waktu yang Allah tetapkan, yang lahir adalah kekecewaan, kegelisahan, dan kadang kehancuran. Tetapi saat manusia memilih bersabar, ia sedang membiarkan dirinya dibimbing oleh hikmah dan kasih sayang Allah, hingga akhirnya tiba pada tempat dan jawaban yang tepat.
Allah telah menegaskan dalam Surah Al-Baqarah ayat 155 hingga 157 bahwa setiap manusia pasti akan diuji. Bukan mungkin, tetapi pasti. Ujian itu berupa ketakutan, kelaparan, kehilangan, dan beragam kesulitan yang menggoyahkan. Namun, bersamaan dengan pernyataan tentang ujian itu, Allah juga memberi kabar gembira bagi mereka yang bersabar. Inilah bentuk kelembutan-Nya yang tak pernah lupa menyelipkan harapan di balik kepastian musibah. Bahwa mereka yang berkata, “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn,” saat musibah menimpa, akan diberikan keberkahan, rahmat, dan petunjuk dari Tuhan mereka.
Apa yang menarik dari ayat-ayat tersebut adalah bahwa sabar bukan sekadar diminta, tetapi dijanjikan ganjaran besar. Dalam Surah Az-Zumar ayat 10, Allah menyampaikan bahwa hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan disempurnakan pahalanya tanpa batas. Ini berarti, kesabaran memiliki nilai yang begitu tinggi, bahkan melampaui bentuk ibadah lainnya dalam hal pahala. Sebab kesabaran adalah perjuangan yang tersembunyi, tidak terlihat oleh manusia lain, namun nyata dalam benak dan batin seseorang yang menahannya.
Tidak semua pertanyaan dalam hidup harus dikejar jawabannya saat ini juga. Kadang, jawaban hadir setelah luka sembuh, setelah air mata kering, atau setelah hati menjadi lebih tenang. Dalam diam kita, dalam sabar kita, sesungguhnya Allah sedang memperlihatkan bahwa waktu-Nya lebih sempurna daripada rencana kita. Kita tidak selalu harus tahu alasan di balik setiap kegagalan, perpisahan, atau keterlambatan. Sebab bisa jadi, jawaban dari semua itu bukan untuk sekarang, tetapi untuk nanti—saat kita sudah cukup kuat untuk menerimanya.
Sabar pun mendidik hati untuk tidak rakus dalam meminta, tidak mudah putus asa saat diberi jeda, dan tidak lalai bersyukur atas yang masih dimiliki. Orang yang bersabar, sesungguhnya adalah orang yang hatinya telah melewati ujian pengendalian diri, yang tidak tergesa dalam menyalahkan keadaan, dan tidak sembrono dalam mengambil keputusan. Ia mampu memelihara lidahnya dari keluhan, menjaga pikirannya dari prasangka buruk, serta mengisi waktunya dengan harap dan doa.
Sikap sabar juga merupakan bagian dari tawakal. Tawakal bukan berarti duduk diam menunggu keajaiban turun dari langit, melainkan menyerahkan hasil kepada Allah setelah kita berikhtiar dengan sebaik mungkin. Dalam tawakal, kita butuh sabar agar tidak tergoda untuk menyimpang dari proses. Kita butuh sabar untuk tetap konsisten walau hasil belum terlihat. Kita butuh sabar agar tetap yakin, meski dunia seakan membisiki bahwa harapan kita mustahil.
Maka, sabar bukan hanya alat bertahan. Ia adalah jalan menuju kemuliaan. Ketika seseorang memilih bersabar, berarti ia sedang mempersiapkan dirinya untuk menerima yang lebih baik. Ia menunda pelampiasan emosi sesaat demi kebahagiaan yang lebih dalam. Ia tidak mengejar jawaban yang sementara, karena ia tahu, Allah sedang menyimpan sesuatu yang lebih kekal.
Selayaknya kita bersabar, karena tidak semua jawaban perlu dikejar. Biarkan Allah yang menunjukkan jalan, biarkan waktu yang menumbuhkan makna. Mungkin hari ini kita hanya bisa bertanya, meraba, dan menunggu. Tapi selama hati kita bersandar pada-Nya, selama doa tidak kita hentikan, dan selama kesabaran kita rawat, maka yakinlah: semua yang belum terjawab akan menemukan jalannya. Pada waktu yang paling tepat, dengan cara yang paling indah.