Terjemahan Kitab Tafsir Ayat Ahkam: Penjelasan Tentang Bacaan Basmalah
تفسير البسملة
Penjelasan Tentang Bacaan Basmalah
بسم : الإسم مشتق من السمو، بمعنى الرفعة والعلو، وقيل : مشتق من السمة وهي العلامة، قال القرطبي والأول أصح، وهو مذهب البصريين، لأن جمعه (أسماء) وتصغيره (سمّي) قال تعالى : (ولله الأسماء الحسنى)، والباء متعلقة بفعل محذوف، مناسب للمقام. فالقارى حين يقول : بسم الله معناه : أقرأ مستعيناً باسم الله. والكاتب حين يأخذ القلم ويقول : بسم الله معناه أكتب مستعيناً باسم الله. والأكل حين يتناول الطعام ويقول : بسم الله معناه : أكل مستعيناً باسم الله. وهكذا كل الأفعال والأعمال يقدر لها فعل مناسب، وفي الحديث الشريف : (كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم الله فهو أبتر)
Arti kata ismu (nama): format redaksi al-Ismu dibentuk dari kata “al-Samwu” yang memiliki arti agung dan tinggi. Sebagian ulama berpendapat : kata tersebut dibentuk dari kata “al-Simat” yang berarti tanda. Imam Al-Qurthubi berkata : pendapat yang pertama adalah yang lebih sahih (benar), dan itu adalah mazhab (pendapat) ulama ahli bahasa dari Basrah, karena bentuk jamaknya adalah (أسماء – asmā’) sementara bentuk pengecilannya (tasghir) adalah (سُمَيّ – sumayy).
Allah Ta’la berfirman : “ولله الأسماء الحسنى – Dan Allah memiliki nama-nama yang baik.” Huruf ba’ (بـ) pada lafaz (بسم) “bismi” berhubungan dengan fi’il (kata kerja) yang dihilangkan, yakni sesuai dengan konteks. Maka ketika orang membaca bismillah, maknanya adalah : “Aku membaca dengan meminta pertolongan atas nama Allah”
قال القرطبي : وتكتب (بسم الله) بغير ألف استغناء عنها بباء (الإلصاق) لكثرة الاستعمال ، بخلاف قوله : (إقرأ باسم ربك) فإنها لم تحذف لقلة الاستعمال.
Pandangan Imam Al-Qurthubi : kalimat “bismillah” (بسم الله) ditulis tanpa alif karena cukup dengan huruf ba’ (بـ) yang menunjukkan (الإلصاق) keterikatan disebabkan seringnya penggunaan. Berbeda halnya dengan kalimat (إقرأ باسم ربك), bahwa alif pada huruf ba’ (بـ) tidak dibuang dengan alasan sedikit dalam penggunaan.
.الله : اسم للذات المقدسة، ذات الله جل وعلا، واجب الوجود، لا يشاركه فيه غيره
Kata “Allah” : merupakan nama untuk zat yang suci, zat Allah Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi, yang wajib adanya, dan tidak ada satu pun yang menyekutui-Nya dalam nama tersebut.
قال ابن كثير : (الله) علم على الرب تبارك وتعالى، ويقال، إنه الاسم الأعظم، لأنه يوصف بجميع الصفات، كما قال تعالى : (هو الله الذي لا إله إلا هو، الملك، القدوس، السلام، المؤمن، المهيمن …( فأجرى الأسماء الباقية كلها مجرى الصفات
Pandangan Imam Ibnu Katsir : lafaz Allah adalah nama khusus bagi Tuhan Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Dan, dikatakan sesungguhnya Allah adalah nama yang paling agung, karena mencakup seluruh sifat-sifatnya, sebagaimana Allah berfirman : “Dialah Allah, Zat yang tidak ada tuhan selain Dia: Tuhan Yang Maha Merajai, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Maha Memberi Keamanan, Yang Maha Memelihara…” Maka nama-nama Allah yang lainnya diperlakukan seperti sifat-sifat ini.
ثم قال : وهو اسم لم يسم به غيره تبارك وتعالى
Kemudian ia berkata : dan Allah adalah nama yang tidak bisa digunakan oleh siapa pun selain-Nya, Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi
وقال القرطبي : (الله) هذا الاسم أكبر أسمائه سبحانه وأجمعها وهو اسم للموجود الحق، الجامع لصفات الإلهية، المنعوت بنعوت الربوبية، المنفرد بالوجود الحقيقي، لا إله إلا هو سبحانه. واسم الجلالة (الله) علم مرتجل لا يطلق إلا على المعبود بحق، وهذا عند أكثر العلماء كما قال أبو حيان، وقيل : إنه مشتق
Imam Al-Qurthubi berkata : Allah ini adalah nama terbesar nama-nama Allah Yang Maha Suci dan Yang Maha Mencakup, dan merupakan nama bagi Zat yang benar-benar ada, yang mencakup terhadap sifat-sifat ketuhanan, yang disifati dengan sifat ke-Tuhan-an (rububiyah), Yang Maha Esa dalam keberadaan yang hakiki, tiada tuhan selain Dia Yang Maha Suci. Nama agung (Allah) adalah nama khusus yang tidak digunakan kecuali untuk Zat (Tuhan) Yang sebenar-benarnya disembah. Ini adalah pendapat mayoritas ulama, sebagaimana Abu Hayyan berkata, namun ada juga yang berpendapat bahwa nama tersebut berasal dari kata dasar.
قال ابن الجوزي : اختلف العلماء في اسم الله الذي هو (الله) فقال قوم : إنه مشتق، وقال آخرون : إنه علم ليس بمشتق، ونقل عن الخليل روایتان : إحداهما أنه ليس بمشتق، والثانية أنه مشتق .. واشتقاقه من الإلاهة بمعنى العبادة ، والتأله : التعبد، قال روبة :
لله در الغانيات المده # سبحن واسترجعن من تألهي
وقيل مشتق من الوله : لأن قلوب العباد توله نحوه ، وتتعلق به جل وعلا
Menurut imam Ibnu Al-Jauzi : ulama berbeda pendapat terkait nama Allah, yang mana nama (Allah) satu kalangan berpendapat: “bahwasannya nama tersebut berasal dari kata dasar.” Sementara ulama yang lain berpendapat: Nama Allah tidak berasal dari kata dasar. Ada dua riwayat yang mengutip dari imam Al-Kholil : salah satu riwayatnya menyatakan, bahwa nama Allah tidak berasal dari kata dasar, sementara yang kedua menyatakan bahwa kata tersebut berasal dari kata dasar.
Asal-usul nama “Allah” terbentuk dari kata “Ilaahah-الإلاهة” yang berarti penyembahan, dan terbentuk dari kata “Taalluh-التأله” yang berarti beribadah. Ru’bah berkata dalam syairnya:
Sungguh luar biasa wanita-wanita cantik yang terpuji # Mereka mengucap “Subhanallah” dan “Inna lillah” karena ibadahku
Menurut sebagian pendapat, nama Allah dibentuk dari kata ‘Al-Walah’ (الوله), karena para hati hamba merindukan dan keterikatan kepada-Nya Yang Maha Suci dan Maha Tinggi.
والصحيح : أن لفظ (الله) غير مشتق، وأنه اسم علم على الذات المقدسة تبارك وتعالى، لا يشاركه فيه غيره، فلم يتسم به غيره ولذلك لا يثنى ولا يجمع
Pendapat yang benar: Kata “Allah” tidak dibentuk dari kata dasar. Sesungguhnya ‘Allah’ adalah isim alam (nama) khusus untuk Zat Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi, dan tidak ada satu pun yang dapat menyekutui-Nya dalam nama tersebut. Tidak ada satu pun nama yang dinamai dengan nama itu, oleh karena itu nama ‘Allah’ tidak dapat dibentuk dua atau pun jamak.
الرحمن الرحيم : اسمان من أسمائه تبارك وتعالى، مشتقان من الرحمة وقيل : لا اشتقاق لهما لأنهما من الأسماء المختصة به سبحانه، وسيأتي تفصيل معناهما في سورة الفاتحة
Kata ‘Ar-Rahman Ar-Rahim’: Dua nama dari nama-nama Allah, Yang maha Suci lagi Maha Tinggi. Keduanya dibentuk dari kata ‘Ar-Rahmah’ (الرحمة). Menurut sebagian pendapat: kedua kata tersebut tidak memiliki asal-usul kata dasarnya, karena kedua kata itu termasuk dari nama-nama khusus bagi Allah Swt. Perincian makna keduanya akan dijelaskan dalam surat Al-Fatihah.
معنى البسملة : البسملة هي قول القائل : (بسم لله الرحمن الرحيم) ومعناها : أبدأ بتسمية الله وذكره قبل كل شيء، مستعيناً به جل وعلا في جميع أموري، طالبا العون منه فإنه القادرعلى كل شيء
Makna kata ‘bismillah’: ‘Bismillah’ yaitu seperti ucapan orang yang berkata: ‘bismillahirrahmaanirrahim’ (بسم لله الرحمن الرحيم). Adapun artinya: “Aku memulai dengan menyebut nama Allah. Dan, penyebutannya sebelum memulai perbuatan dari segala sesuatu dengan cara meminta pertolongan segala urusanku kepada-Nya, Yang Maha Agung lagi Maha Mulia, serta dengan memohon pertolongan dari-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Yang berkuasa atas segala sesuatu.
قال ابن جرير الطبري : إن الله تعالى ذكره، وتقدست اسماؤه، أدب نبيه محمداً بتعليمه تقديم ذكر أسمائه الحسنى، أمام جميع أفعاله، وجعل ذلك الجميع خلقه سنة يستنون بها، وسبيلاً يتبعونه عليها، فيه افتتاح أوائل منطقهم وصدور رسائلهم، وكتبهم وحاجاتهم، حتى أغنت دلالة ما ظهر من قول القائل (بسم الله) على ما بطن من مراده الذي هو محذوف. فقول القائل : (بسم الله الرحمن الرحيم) إذا افتتح تالياً سورة ينبئ عن أن مراده بذلك أقرأ بسم الله، وكذلك قوله (بسم الله) عند نهوضه للقيام، أو عند قعوده . وسائر أفعاله ينبئ عن معنى مراده بقوله (بسم الله) وأنه أراد : أقوم بسم الله، وأقعد بسم الله، وكذا سائر الأفعال.
Menurut imam Ibnu Jarir At-Thabari: sesungguhnya Allah Maha Tinggi penyebutannya dan Maha Suci nama-nama-Nya. Dia mendidik nabi-Nya, Muhammad dengan mengajarkannya untuk memprioritaskan penyebutan nama-nama-Nya yang indah (asmaul husna) sebelum perbuatannya. Dan, Allah menjadikan semua itu sebagai kebiasaan yang diikuti oleh semua makhluk-Nya, dan sebagai jalan yang harus mereka tempuh untuk membuka awal ucapan mereka, permulaan surat mereka, kitab-kitab mereka, serta kebutuhan mereka. Sehingga makna eksplisit dari ucapan seseorang dengan kalimat ‘Bismillah’ telah mencukupi untuk menunjukkan maksud tersembunyi, yang sebenarnya sudah dihapus (dihilangkan). Maka ucapan seseorang ‘bismillahirrahmaanirrahiim’ ketika memulai membaca surat (Al-Qur’an) menunjukkan bahwa maksudnya adalah ‘saya membaca dengan lafaz bismillah – dengan menyebut nama Allah’, begitu juga ucapan seseorang ‘bismillah’ ketika segera bangkit untuk berdiri, atau ketika hendak duduk. Seluruh tindakannya menunjukkan makna apa yang ia ucapkan ketika ia mengucapkan ‘bismillah’, dan maksudnya adalah ‘aku berdiri dengan menyebut nama Allah, aku duduk dengan menyebut nama Allah, begitu pun seluruh perbuatan.
Santri asal Bandung, namun lebih lama hidup di kotanya orang. Lebih tepatnya, pada pertengahan tahun 2016, ia berunjuk gigi di hadapan publik dengan keberadaannya di ujung timur pulau Jawa.
Soal sekarang, Alhamdulillah masih duduk di bangku yang tidak umumnya orang duduki. Maksudnya, status masih pelajar tingkat Ma'had Aly di Pondok Pesantren Al-Khoirot dan belum menikah.
Kebetulan, dia juga sedang menempuh studi S1 di Universitas Al-Qolam Malang, jika malas baca bisa disingkat menjadi UQM, begitu katanya.
Itu saja mungkin, selebihnya bisa berkunjung ke rumahnya.


