PendidikanUmum

Yuk, Kenalan dengan Teori Semiotika Sastra

Apakah kalian pernah mendengar tentang teori semiotika?. Yuk, kenalan dengan teori semiotika, karna menurut saya teori semiotika ini penting dan di sini saya akan membahas tentang pengertian teori semiotika dalam sastra dan apakah kajian semiotika dalam sastra itu ada. Teori semiotika ini adalah tanda dan saya akan mengenalkan teori semiotika sastra, jadi tanda dalam sastra. Nah, teman-teman teori semiotika merupakan salah satu kajian yang membahas makna tanda. Semua karya sastra memiliki makna tanda sebagai pembangun karya dan tanda dapat dipahami melalui kajian semiotika. Dengan demikian pembaca dan penikmat saatra mampu menemukan makna yang terkandung pada karya sastra tersebut sesuai dengan yang pengarang ungkapkan. Yuk, kepoin apa itu kajian semiotikan?, dan bagaimana cara menerapkanya!.

Pengertian kajian semiotikan

Semiotic adalah ilmu tentang tanda, mempelajari fenomena sosial budaya termasuk sastra sebagai sistem tanda. Semiotic ini terbagi menjadi 2 aspek ;

1. Penanda (yang menandai) dan;

2. Petanda (yang ditandai) antara keduanya memiliki 3 bentuk yakni :

1. Ikon, bersifat alamiah

Penanda dan petanda mempunyai kaitan langsung. Misalnya kata RUMAH , rumah disini sebagai penanda sedangkan yang ditandai itu merupakan gambaran rumah itu sendiri.

2. Indeks, bersifat kausalitas.

Penanda dan penanda mempunyai sifat sebab akibat. Misalnya mendung itu berarti  penanda akan adanya hujan.  Asap penanda akan adanya api.

3. Simbol bersifat arbitrer dan kovensional

Simbol ini tidak memiliki hubungan antara penanda dan petanda bersifta semau-maunya. Misalnya kata IBU, ibu ada yang mengartikan adalah orang yang mengandung dan melahirkan kita. symbol ini mempunyai sifat konvensional yang di tentukan oleh ulama`, mufakat, Baik dari tradisi, adat atau hukum dari satu negera tertentu. Tanda ini juga di sebut kejala. Misalnya kata demam, demam disini gejala sakitnya tidak dapat didefinisikan baik demam karna pusing,  meriang dll.

Dalam teori semiotika terdapat dua tingkat. Yakni : sekedar membaca dan makna dari yang kita baca.

Penerapan teori semiotika dalam sastra

Langkah penerapan teori semiotika ada 4  seperti yang diungkapkan oleh wardoyo (2004) yaitu:

  1. Mencari signifier utama dapat mempresentasikan seluruh karya sastra. Mencari apa yang bisa dianggap sebagai penanda utama yang dapat mempresentasikan seluruh karya sastra.
  2. Membuat Analisi sintagmatiq atau paradigma untuk detail pendukung signifier utama. Dalam melakuan analisis paradigmatik dapat ditetapkan sebuah opisisi biner yang seirama dengan signifier utama.
  3. Mendukung lebih lanjut terhadap signifier utama dalam langkah pertama yang telah dilengkapi dengan analisa sigtagmatik. Dari sekian banyak paradigmatik yang muncul dalam karya sastra fungsi analisa sigmatigmatik adalah mencari kaitan.
  4. Melakukan analisis sintagmatik

Menemukan signifier utama adalah dengan menemukan suatu peristiwa atau suatu bagian cerita yang telah di jadikan representasi inti dari seluruh peristiwa dalam cerita tersebut.

Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam memahami dan memaknai sebuah puisi yang tertera dalam buku Semiotics of Poetry yang ditulis oleh Michael Riffaterre. Yaitu:

1. Ketidaklangsungan ekspresi dalam puisi

Yang menjadi ciri khas puisi adalah ketidaklangsungan ekspresi dalam puisi, hal ini disebabkan pergeseran makna (displacing of meaning), perusakan atau penyimpangan makna(distrosing of meaning), dan penciptaan makna (creating of meaning). Pergeseran makna disebabkan oleh  metafora dan metonimi, perusakan makna disebabkan oleh ambiguitas, kontradiksi dan nonsense, sedangkan penciptaan makna disebabakan oleh perorganisasian teks, yaitu sejak, tipografi, homolok dan enjabemen.

2. Pembacaan heuristik dan hermeneutik

Pembacaan heuristic disesuaikan dengan tata bahasaan normative, morfologi, sintaksisi, dan semantik dan yang akan mennghasilkan makna yang bersifat heterogen. Selanjutnya pembacaan hermeneutic atau rektroaktif pembacaan  ini harus memaparkan mkna sebuah karya sastra didasarkan pada interpretasi  dan pembaca harus memperoleh kesatuan makna.

3. Proses memproduksi makna harus memperhatikan matriks, modal, dan varian.

Metriks dalam analisis puisi diabstrakkan berupa satu kata, gabungan kata, bagian kalimat atau kalimat sederhana. Metriks tidak muncuk di teks karna metriks merupakan konsep abstrak yang tidak teraktualitas juga dapat berupa kata, frasa, klausa maupun kalimat sederhana. Mettrik ini pertama kali diaktualisasikam menjadi model yang dapat berupa kata ataupun kalimat tertentu. Model ini dilanjutkan dan diperluaskan mejadi varian-varian yang akan menurunkan teks secara keseluruhan. Ciri utama model  yaitu sifat puitis dalam puisi.

4. Hubunngan intertekstual (hipogram)

Teks yang menjadi landasan diciptakanya sebuah teks baru(sajak) marupakan hipogram. Hiprogam dapat berupa keadaan masyarakat, peristiwa dalam sejarah atau alam, serta kehidupan yang di alami oleh sastrawan atau pengarang. Hipogram juga dapat di abaikan oleh pengarang. Riffaterre (1978) membagi hiprogram menjadi dua bagian, yakni hipogram potensial dan hipogram actual, hipogram potensial tidak tertuang secara eksplisit dalam teks melaikan abstraksikan dari sebuah teks, hipogran  dapat di katakana inti teks atay kata kunci. Missal kata, frasa , atau kalimat sederhana. Hipogram actual dapat berupa teks nyata berupa kata, kalimat, keseluruhan teks. Hipogram inilah yang menjadi latar  penciptaan teks baru. Hipogram actual terwujud dalam teks-teks yang ada sebelumnya, baik berupa mitos maupun karya satra lainya.

Keempat hal tersebut akan membantu pembaca dalam memaknai teks terutama teks puisi.

Kesimpulan

Dalam pembahasan ini saya mengambil pendapat atau sudut pandang dari Riffaterre dalam mengenal semiotic, serta memahami dan memaknai puisi  karna dalam pembahasanya tentang semiotika dalam sastra jelas dan dapat di fahami. Saya dalam menulis ini ingin mengenalkan bahwa teori semiotika ada dalam karya sastra khususnya puisi.

Baca jugaPerkembangan dan Kemajuan Intelektual di Spanyol

Teori Semiotika Sastra
Mahasiswa at IAI Al-Qolam Malang | + posts