Strategi Menulis Kreatif Sastra Multi Ide dan Penyuntingannya
Semua orang tentu bisa menulis bahkan sejak duduk di bangku sekolah dasar. Namun, kemampuan menulis tidak secara otomatis dikuasai oleh seseorang. Menulis memerlukan banyak latihan sehingga seseorang dapat mengekspresikan ide maupun gagasannya dalam bentuk tulisan. Lalu, apa itu menulis kreatif? Mungkin tidak semua orang tahu. Menulis kreatif merupakan proses dalam menuangkan ide, gagasan, maupun perasaan sebagai bentuk penuangan pikiran kreatif agar menjadi sebuah karya yang baik dan menarik. Pada dasarnya, menulis kreatif dapat dikategorikan sebagai penulisan sastra di mana sesorang bisa menulis puisi, cerpen, novel, dan sebagainya. Tujuan dari menulis kreatif sastra tentu untuk menarik dan menghibur pembaca.
Menulis kreatif sastra tidak mudah untuk dilakukan, dibutuhkan kemampuan dalam membangun imajinasi pembaca agar menghasilkan karya sastra yang baik dan menarik. Seseorang perlu melakukan riset terlebih dahulu dan kemampuan menulis pun sangat dibutuhkan untuk menghasilkan tulisan kreatif yang bagus. Dalam menulis kreatif sastra multi ide, seseorang harus melalui beberapa tahap yaitu interpretasi, proses pengendapan dan pemaknaan, penentuan ide, proses pengembangan ide, serta proses pemaparan ide. Dalam tahapan ini, seorang penulis harus memiliki sikap yang terbuka terhadap berbagai pengalaman baru, memiliki minat yang luas, memiliki fleksibilitas dalam berpikir, memiliki kemampuan berimajinasi yang kuat, memiliki perhatian dalam proses penciptaan karya, memiliki keteguhan dalam menyampaikan pendapat, dan memiliki sikap mandiri dalam mengambil keputusan.
Bagaimana strategi menulis kreatif sastra multi ide?
Tentu banyak yang bertanya-tanya bagaimana strateginya. Strategi yang pertama, menggunakan panca indra. Mengapa? Karena panca indra adalah sistem fisiologi dalam tubuh manusia yang dapat mengenali, merasakan dan merespons serangkaian stimulus secara fisik. Pada saat panca indra merasakan sesuatu, maka panca indra akan mengumpulkan informasi untuk memberikan persepsi dan respons. Dalam hal ini, panca indra dapat menjalankan seluruh aspek kognitif, perilaku dan pikiran. Selain itu, panca indra dapat mendorong penulis mengenang pengalamannya baik pengalaman lama maupun pengalaman baru, membangun imajinasi dan mengingat peristiwa di masa lampau.
Strategi yang kedua, menggunakan teknik deskripsi. Dengan teknik deskripsi, seorang penulis dapat memberikan kesan atau impresi kepada pembaca terhadap objek, peristiwa, gagasan dan tempat yang disampaikan oleh penulis. Tujuan menggunakan teknik deskripsi untuk menggambarkan sebuah adegan, penulis tidak perlu menuliskan setiap detailnya, cukup menggambarkan adegan yang relevan dengan cara berbeda, bisa ditulis dengan kata kiasan atau perumpamaan. Dengan adanya pendeskripsian suatu objek, peristiwa, gagasan, ataupun tempat, penulis dapat menjelaskan situasi dalam cerita dan dapat merangsang pembaca untuk berimajinasi sesuai dengan harapan penulis.
Strategi yang ketiga, menggunakan perumpamaan atau metafora. Perumpamaan atau metafora merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata atau kelompok kata yang bukan arti sebenarnya, tetapi persamaan atau perbandingan. Metafora merupakan majas yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu secara langsung berupa perbandingan analogis dan menghilangkan kata layaknya, bagaikan dan semacamnya. Menggunakan perumpamaan atau metafora adalah cara yang terbaik untuk mulai menulis kreatif sastra multi ide, tetapi penulis perlu memperhatikan penggunaan metafora dalam penulisannya agar tidak berlebihan sehingga terkesan klise.
Strategi yang keempat, membuat dialog. Dialog merupakan suatu literatur dan teatrikal yang terdiri dari percakapan lisan maupun tertulis antara dua orang atau lebih. Dialog juga disebut sebagai percakapan timbal balik antara dua orang atau lebih dalam karya tulis. Dalam menulis kreatif sastra multi ide, penggunaan teknik dialog untuk membuat karya tulis bisa membantu pembaca mengeksplorasi adegan dalam cerita sehingga pembaca seolah ada di dalam cerita tersebut. Selain itu, dialog juga dapat membantu pembaca memahami karakter para tokoh dengan memperlihatkan emosinya dan menekankan suasana hatinya. Jadi, alangkah lebih baik jika penulis membuat dialog dalam sebuah cerita.
Strategi yang kelima, melakukan riset sebelum menulis. Riset merupakan suatu proses investigasi, penelitian atau pengamatan yang dilakukan dengan tekun dan sistematis. Riset bertujuan untuk menemukan, menginterpretasikan dan merevisi fakta-fakta sebelum memulai menulis cerita fiksi maupun nonfiksi. Dalam menulis kreatif sastra multi ide, memang penulis mengandalkan imajinasi, tetapi penulis perlu melakukan riset. Dengan melakukan riset, maka dapat membantu penulis dalam menentukan dan mengembangkan idenya. Jadi, sangat penting bagi penulis untuk melakukan riset mengenai topik yang akan diangkat sebelum menuliskannya menjadi sebuah karya sastra.
Strategi yang keenam, pengungkapan emosi. Pengungkapan emosi merupakan bentuk komunikasi melalui perubahan raut wajah dan gerakan tubuh yang menyertai emosi. Pengungkapan emosi juga merupakan upaya mengkomunikasikan perasaan seseorang ketika marah, sedih maupun senang. Dengan pengungkapan emosi, penulis harus menggunakan kata yang lebih menarik untuk mengungkapkan emosi seseorang ketika menulis kreatif sastra multi ide. Penulis bisa menggunakan cara yang berbeda, seperti melalui tindakan atau dialog. Disarankan bagi penulis untuk menghindari penggunaan kata “sedih”, “senang” atau lainnya untuk mengungkapkan emosi. Alangkah lebih baik jika penulis bisa mengganti kata untuk mengungkapkan emosi itu dengan kata kiasan.
Strategi yang ketujuh, menggali ide. Ide merupakan gagasan, hasil dari sebuah pemikiran, pengalaman, pengamatan, atau perasaan penulis. Sebelum memulai menulis kreatif sastra multi ide, penulis perlu menggali ide dengan berbagai langkah. Apabila penulis kekurangan ide untuk membuat tulisan, sebaiknya penulis mencari inspirasi dengan membaca referensi, jalan-jalan, pergi liburan, mengikuti acara komunitas, konser atau lainnya yang bisa membangun imajinasi penulis. Apabila penulis sulit merangkai kata-kata dan mendapatkan imajinasi, penulis bisa mencoba menulis pada jam-jam di mana bisa konsentrasi penuh dan penuh ketenangan, karena menulis di tengah kesibukan akan lebih sulit mengembangkan ide.
Strategi yang kedelapan, membuat judul yang menarik. Judul merupakan nama yang dipakai dalam sebuah karya sastra, buku atau bab dalam buku yang bisa mengartikan secara pendek isi atau pokok pikiran dalam karya sastra atau buku tersebut. Selain itu, judul juga termasuk kunci dari sebuah karya sastra, seperti cerita, drama, novel, dan sebagainya. Judul sangat penting dalam proses menulis kreatif sastra multi ide. Seorang penulis harus bisa menentukan atau memilih judul yang menarik agar dapat menarik perhatian pembaca sejak awal melihat judul.
Strategi yang kesembilan, membuat cerita yang spesifik dan tidak berlebihan. Salah satu strategi menulis kreatif multi ide yang terpenting adalah penulis harus membuat cerita yang spesifik dan jelas karena cerita yang spesifik akan membuat pembaca lebih mudah memahaminya serta dapat menarik perhatian pembaca lebih banyak. Selain membuat cerita yang lebih spesifik, alangkah lebih baik jika penulis tidak membuat cerita yang terlalu berlebihan karena dapat membuat pembaca mudah bosan. Sebaiknya, penulis melibatkan pembaca dengan prosa yang berbeda dan menarik dengan menggabungkan antara teknik penulisan deskripsi dan dialog saat memulai menulis kreatif sastra multi ide.
Menyunting Hasil Karya
Setelah mengetahui bagaimana strategi menulis kreatif sastra multi ide, suatu hal yang tidak kalah penting untuk dilakukan dalam proses menulis kreatif adalah penyuntingan hasil karya yang telah disusun sebelumnya. Jika kita seorang penulis tentu menyunting sebuah karangan atau tulisan sudah sering dilakukan sebelum suatu karangan atau tulisan kita benar-benar diterbitkan. Nah, bagaimana jika kita masih dalam tahap belajar menulis? Sudahkah kita menguasai teknik penyuntingan tulisan dengan baik? Jika masih belum menguasai, mari kita simak bagaimana ulasan teknik penyuntingan tulisan.
Kegiatan penyuntingan karangan atau tulisan adalah kegiatan memperbaiki tulisan. Perbaikan ini bisa bersifat menyeluruh maupun sebagian. Perbaikan dilakukan berdasarkan pertimbangan dalam kaidah penulisan. Kegiatan menyunting sangat penting bagi penulis karena penulislah yang paham betul bagaimana seluk-beluk karangan atau tulisan yang ditulis. Akan tetapi, bukan berarti penulis yang wajib menyunting hasil karangan atau tulisannya. Kegiatan menyunting bisa dilakukan oleh orang lain. Penyuntingan mempunyai tiga tahapan yaitu menyunting isi, organisasi, dan bahasa.
Sekarang kita akan membahas apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan ketika kita akan melakukan penyuntingan tulisan? Mari kita simak pembahasan terkait hal-hal yang disunting dalam suatu karangan atau tulisan di bawah ini.
Pertama, ejaan. Ejaan merupakan salah satu bagian vital dalam penulisan karangan atau tulisan. Bahkan banyak kesalahan yang dilakukan penulis di bagian ini. Kesalahan ini muncul pada dasarnya tidak lepas dari sifat ejaan yang lebih mengandalkan hal teknis dari pada subtansi. Beberapa hal yang menjadi bagian dari ejaan yaitu penulisan huruf besar atau kecil, kata depan, nama tempat, nama orang, dan sebagainya. Meskipun sepele, kesalahan yang dilakukan dalam ejaan berdampak pada kenyamanan pembaca ketika ingin menikmati suatu karya, semakin banyak kesalahan yang ditemukan dalam karangan atau tulisan maka pembaca akan mempertanyakan kemampuan kita dalam teknik menulis. Hal ini tidak lepas dari pikiran pembaca di mana seorang penulis adalah orang yang mengerti dan paham tentang dunia tulis.
Kedua, gaya bahasa. Bagian lain yang tak kalah penting diperhatikan yaitu gaya bahasa. Gaya bahasa biasanya menekankan pada keteraturan kita dalam teknik menulis. Artinya, apakah karya kita bertutur dan mengalir. Apabila gaya bahasa karangan atau tulisan kita baik, maka pembaca akan mudah memahami dan menikmati karangan atau tulisan kita. Pada bagian ini, lebih baik dalam proses penyuntingannya dilakukan oleh diri kita sendiri sebagai penulis, karena gaya bahasa yang dipakai oleh penulis menggambarkan karakter penulis sendiri. Oleh karena itu, apabila gaya bahasa kita diubah oleh seorang editor atau orang lain maka ciri khas dan karakter kita sebagai penulis tidak terlihat karena setiap penulis mempunyai ciri khas dan gaya bahasa sendiri-sendiri.
Ketiga, logika bahasa. Hal lain yang juga tidak kalah penting yaitu logika bahasa. Logika bahasa dalam hal ini berarti apakah karangan atau tulisan yang dihasilkan mudah dipahami pembaca, khususnya yang berkaitan dengan logika atau pola pikir yang kita gunakan. Jika ada kalimat yang susunannya terbalik maka juga berpengaruh pada logika yang terbalik. Bagian ini menjadi bagian yang rumit karena penulis harus memastikan apakah tulisan yang disusun sudah runtun dalam pola pikirnya. Artinya, ketika pembaca membaca karangan kita, topik yang kita bahas dalam tulisan tidak berputar-putar.
Keempat, rasa bahasa. Bagian yang tidak kalah penting untuk diperhatikan yaitu rasa bahasa. Rasa bahasa yang dimaksud di sini adalah pemilihan kata yang sesuai dengan tema atau segmen pembaca yang dipilih. Sebagai contoh kata “indah”, “bagus”, “elok”, dan “keren” pada dasarnya memiliki makna yang sama. Meskipun demikian, kata-kata yang disebutkan tidak bisa kita gunakan pada semua jenis tulisan. Artinya kata-kata tersebut harus digunakan sesuai dengan konteks tulisan yang kita buat supaya rasa bahasanya tepat. Sebagai contoh kata “keren”, akan terasa rancu dan aneh jika kata tersebut digunakan dalam bahasa tulis karya ilmiah dan cenderung kaku. Kata tersebut cenderung bisa digunakan pada karya tulis yang bersifat santai dan tidak terlalu terikat pada aturan. Oleh karena itu, kita sebagi penulis harus memiliki pengetahuan terkait pemilihan kata-kata tersebut dalam teknik menulis.
Untuk menjadi penulis yang baik, kita perlu memperhatikan strategi menulis kreatif sastra multi ide dan penyuntingannya agar dapat menghasilkan sebuah karya sastra yang baik dan menarik pembaca. Menulis kreatif memang tidak mudah, membutuhkan proses panjang untuk menghasilkan sebuah karya sastra yang baik. Tentu dengan menerapkan strategi yang ada kita akan lebih mudah dalam mengembangkan dan menuangkan ide kreatif dalam bentuk tulisan. Penyuntingan juga perlu dilakukan sebelum karya sastra siap diterbitkan atau dipublikasikan agar karya sastra yang kita hasilkan semakin bagus.
Baca juga : Pengaruh Media sosial
Halo! Saya Junaidi. Salah satu mahasantri Ma’had A’ly Madrasah Al-Khoirot. Telah menyelesaikan jenjang Madrasah Diniyyah Ibtidaiyyah dan Madrasah Diniyyah Tsanawiyyah Al-Khoirot yang ditempuh selama 8 tahun.