Sistem Pendidikan Indonesia di Mata Siswa
Oleh: Fadhli Saif Rifqi Mahbubi
Kelas: XII mipa
Halo… disini penulis telah membuat sebuah opini tentang pendidikan di indonesia ini sesuai dengan sudut pandang penulis sebagai siswa yang hampir setiap hari merasakan llangsung sistem pendidikan di negeri ini. Dan berikut hal-hal ganjil yang menurut penulis menjadi problematika pendidikan di negeri ini.:
- Teori maksimal tapi minim praktik
- Lahirnya system kasta.
- Aturan tak tertulis bahwa guru selalu benar.
- Penuh penekanan dan minim perhatian.
- Tujuan pendidikan yang belum jelas.
Dan sebenarnya masih banyak lagi. Tapi apabila disebutkan akan menjadi konten yang sensitif dan akan meluas kemana-mana. Biar gak omongan saja, akan penulis jabarkan poin-poin diatas tadi mulai dari kenapa bisa terjadi, hingga bagaimana cara menanggapinya.
- Teorinya maksimal tapi praktiknya minim
Sering penulis jumpai bahkan alami. Siswa-siswa yang setiap harinya diajarkan tentang suatu masalah dan cara penyelesaiannya, akan tetapi hanya dibuku dan jarang terjadi didunia nyata. Memang benar didalam buku kita diajari untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan satu sudut pandang. Misal seorang murid diajarkan untuk menyelesaikan permasalahan A yang membutuhkan solusi B, nyatanya meskipun jarang untuk diajari melalui praktik langsung. Seorang murid tidak pernah diajari bahwa terdapat ribuan solusi lainnya. Dikarenakaan kurangnya pengalaman guru dalam materi yang dikuasai, pengalaman hal lain yang perlu dibenahi untuk tenaga pengajar direpublik ini dan setau penulis. Pemerintahan telah mengucurkan dana miliyaran rupiah untuk pembenahan pendidikan di indonesia tetapi dari jumlah yang seharusnya cukup bahkan agak berlebihan masih dirasa kurang bahkan tak pernah terasa hingga daera-daerah pelosok di Indonesia. Mungkin hanya sekolah-sekolah dikota besar yang dapat merasakan nikmatnya fasilitas yang lengkap. Sedangkan dipelosok sana…….. para siswa masih bersyukur dapat sekolah meski tidak layak. Guru-gurunyapun dibayar dengan uang pas untuk menyambung hidup atau dibayar dengan hasil bumi. Ex=ubi-ubian, beras dan lain sebagainya. Atau bahkan tidak dibayar sama sekali. Itu semua dikarenakan kebiasaan gratifikasi yang dikenal dikenal dengan nama “uanng ganti bensin” semua itu dikarenakan kurangnya praktik nyata dari namanya ilmu agama. Biasanya praktik langsung hanyalah tentang sopan santun terhadap guru ……… . dan hanya itu. Diluar itu siswa hanya mengandalkan buku sebagai teladan yang notabenya merupakan benda mati, tanpa teladan langsung dari guru. Untuk melakukannya dan mungkin solusi untuk masalah diatas sudah terlihat. Jadi mari kita bahas poin berikutnya.
- Lahirnya sistem kasta.
Dimana-mana kita tahu sekolah secara garis besarnya dibagi dua yaitu: sekolah formal biasa dan sekolah formal berbasis agama. Ex: MI atau MTS dan seterusnya. Dari sini masih dibagi menjadi dua yaitu kelas swasta dan kelas negri dan masih dibagi menjadi dua sub kelaas yaitu : swasta atau negeri biasa dan swasta atau negeri favorit. Itulah kenyataan pendidikan di Indonesia. Semua orang akan berfikir bahwa sekolah favorit lebih unggul dari sekolah lain, padahal yang dibanggakan hanya karena biayanya yang mahal sedangkan yang dipelajari adalah pelajaran yang sama, dengan kurikulum yang –hampir semua—sama. Yaitu kurikulum tahun 2013 atau yang baru-baru ini diprogamkan pemerintah yaitu kurikulum merdeka, dulu seragam sekolah diseragakamkan semua, yang membedakan hanya jenjang pendidikannya, akan tetapi sekarang sekolah-sekolah elit menambahkan jas ataupun pernak-pernik lainnya diseragam merekaagar bisa menunjukkan betapa elitnya sekolah-sekolah mereka dan begitulah kenyataannya pendidikan kita dan hanya pemerintah yang dapat memberikan solusinya.
- Aturan tak tertulis bahwa guru selalu benar
Entah benar ataupun salah, tapi itulah kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari disekolahsemenjak taman kanak-kanak, karena mengapa ? karena –mungkin – guru merasa jauh lebih hebat dari murid-miridnya, karena tanpa seorang guru mereka bisa apa. Ya kan.
Ketika seorang murid memiliki pandangan berbeda dari gurunya, maka terdapat dua tindakan berbeda yang bisa diambil seorang guru, guru akan memaksakan apa yang menjadi pandangan sang guru kepada muridnya, hal ini berdasar sifat asli seorang guru yaitu tidak akan membiarkan muridnya salah jalan, dan tindakan kedua adalah menjustifikasi bahwa murid tersebut murid pembangkang, dikarenakan ketika seseorang merasa ilmunya lebih tinggi dari orang-orang disekitarnya maka rasa egois dn sombong akan mengikutinya.
Dan hal diatas telah sering dirasakan murid-murid di Indonesia Raya ini, karena ilmu agama, ilmu formal dan ilmu sosial belum dipraktekkan secara langsung oleh guru, secara singkatnya murid butuh teladan dan guru teladannya ?.
- Penuh penekanan kurang perhatian
Secara garis besar –menurut siswa- sekolah itu gini, jika siswa melanggar aturan maka dihukum dan apakah itu benar ? , itu benar, karena itu adalah kewajiban siswa dan yang kita tanyakan disini adalah milik seorang murid itu apa? Apakah dihukum selalu apabila melanggar aturan, tidak kan, dan terus hak dari muridnya kemana?, yang seharusnya murid mendapatkan ilmu atau pelajaran dari guru secara penuh alias bahkan membuat murid yang paling bodoh sekalipun paham dengan materi yang diajarkannya, bukan masuk kekelas, kemudian mengabsen siswa, basa-basi sebentar, hingga waktunyapun habis.
Itupun –miungkin- tanpa memikirkan bahwa muridnya paham atau tidak dengan materi yang diajarkannya.
Bgitulah Indonesia, yang katanya mengedepankan akhlak daripada ilmu, tapi mengapa masih banyak siswa yang bolos, tawuran, mencontek, kenapa?, padahal para pelaku tadi tidak berjmlah sedikit akan tetapi hal itu terjadi hampir disetiap sekolah di Indonesia ini, padahal tadi katanya ahklak lebih tinggi daripada ilmu, apakah itu hanya ada dibuku.
- Tujuan pendidikan di indonesia ini apa?
Beberapa fakta tentang pendidikan di indonesia ini adalah menempati rangking ke 69 dari 127 negara dalam indeks pembangunan pendidikan, telah berganti setidaknya 9 kali kurikulum dan semuanya tidak dinilai efektif sama sekali, guru yang kurang berkualitas, biaya yang mahal, tingkat kecurangan yang tinggi diantara siswa, dan kalo dilihat kembali tujuan pendidikan di indonesia ini apa sama seperti yang dimaksud di undang-undang?
Sepertinya masih hampir mendekati, karena hal yang dituju, menurut siswa terlalu bersifat memaksa dan terlalu muluk, dan itu membuat siswa tidak merasa percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki sedangkan pencapaian yang harus dituju terlalu banyak, wal hasil inilah yang kita lihat hasil yang melenceng jauh dari tujuan awal yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis.
Dan itu yang menjadi akar masalah, apalagi diantara guru jarang sekali adanya teladan untuk muridnya, contohnya untuk saling menyapa, memberi salam dan sebagainya.
Menurut penulis hal yang harus di perhatikan di awal perkembangan seorang anak adalah pendidikan akhlak melalui keluarga maupun lingkungan sekolah dan semua itu kembali ke kita lagi apakah kita bisa melakukannnya? Semoga tuhan selalu meridhoi langkah kita untuk memajukan negara, dan agama kita.
Buletin MA Al-Khoirot ditulis dan diterbitkan oleh para siswa tingkat SLTA program Madrasah Aliyah Al-Khoirot. Sebuah lembaga yang terakreditasi (diakui pemerintah) dan berada di bawah Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang. Lebih detail, klik di sini!
Para siswa MA Al-Khoirot seluruhnya terdiri dari para santri Ponpes Al-Khoirot (PPA). Karena, syarat masuk MA Al-Khoirot adalah menjadi santri di PPA.