Artikel

Salat Jaminan Moral Seseorang

Salat adalah kewajiban dasar setiap orang islam dalam segala kondisi. Dibalik kewajiban tersebut salat mengandung banyak sekali hikmah atau manfaat. Manfaat salat dapat dirasakan baik secara fisik maupun psikis. Manfaat salat juga dibuktikan secara ilmiah melalui penelitian-penilitian dikalangan akademisi. Baik kalangan akademisi kesehatan maupun agamawan turut andil dalam penelitian-penelitian tersebut.

Walau demikian, apakah sholat dapat menjamin kualitas moral seseorang? Sebab banyak orang yang gemar sholat juga doyan maksiat. Tentu pertanyaan semacam itu akan muncul di benak saudara saat pertama kali melihat tulisan ini. Memang, lumrahnya jaminan moral seseorang tidak hanya salat saja. Namun, benarkah demikian?.

Alm. KH. Zainal Ali Suyuti pernah menyampaikan bahwa sholat dapat menjamin kualitas moral seseorang.

“Menabhi terro oningah begus napah bunten tengkanah oreng, tengalen sholat ta.”

jika ingin mengetahui kualitas moral seseorang, lihatlah sholanya dia.

Lebih kurang seperti itu penggalan dawuh almaghfurlah KH. Zainal Ali Suyuthi saat mengisi pengajian (in syaa Allah) tafsir. Waktu itu beliau menyampaikan materi yang berkaitan dengan jodoh dan sembari mengingatkan santri agar tidak pacaran untuk mengenal karakter wanita yang disukainya.

Rufai bin Mihran alias Abu al-Aliyah dalam tafsir ibnu katsir –lihat teks– sependapat dengan beliau. Menurut Abu al-Aliyah sholat dapat memunculkan tiga hal; ikhlas, khosyah (takut kepada Alloh), dan ingat kepada Allah. Ikhlas menumbuhkan kebajikan, khosyah mencegah (berbuat) kejahatan, dan membaca al-Quran (saat sholat) melahirkan keduanya sambung Abu al-Aliyah.

Lantas, bagaimana dengan orang yang gemar beribadah namun doyan maksiat?. Memang banyak kasus semisal ini di lingkungan kita. Bahkan, ada “oknum” yang masuk masjid dengan niatan mencuri barang-barang milik masjid maupun jamaah salat, naudzubillah min dzalik. Tentu perbuatan ini bertentangan dengan dua pendapat sebelumnya. Jadi, apakah pernyataan Alm. KH. Zainal dan pendapat imam Abu al-Aliyah tersebut salah atau ada makna lain yang beliau kehendaki?, atau “oknum” tersebut adalah golongan pendosa kronis?.

Fenomena di atas bukan lah hal baru dalam islam. Semasa nabi hidup pun kalangan bromocorah seperti di atas sudah ada. Dalam tafsir ibnu katsir diceritakan, nabi pernah dicurhati perihal masalah di atas.

Sahabat: wahai nabi SAW, ada seseorang kalau malam dia salat tapi pagi harinya jadi pencuri.

Nabi SAW: kelak ucapannya (saat salat) akan menghentikan perbuatannya.

Sekilas perbuatan “oknum” tersebut berlawanan dengan al-Quran.

 ۗوَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ

“Dan tegakkanlah sholat. Sungguh sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.”

Lantas bagaimana para ulama tafsir menyikapi fenomena di atas. Mayoritas mufassirin berpendapat, maksud dari “salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar” adalah ketika seseorang sedang melakukan salat itu tidak akan berbuat keji dan mungkar. Banyak kutipan hadits dan pendapat para ulama yang digunakan oleh mufassirin dalam menyikapi fenomena di atas. Namun, ada beberapa tafsiran yang cukup menarik menyikapi fenomena tersebut.

1. Tafsir Attahrir wa Tanwir; imam Ibnu Asyur. Lihat teks

Maksud ayat tersebut adalah salat dapat memudahkan orang yang salat meninggalkan keburukan. Bukan menghindarkan seseorang dari perbuatan buruk. Faktanya, berapa banyak orang malakukan salat namun tetap berbuat jahat.

2. Irsyadu al-Aqli as-Salim; imam Abu Su’ud. Lihat teks

Makna ayat نَهْيُها عَنْهُما (mencegah perbuatan keji dan mungkar) adalah Salat menjadi salah satu sebab berhenti berbuat buruk. Karena, salat adalah bentuk munajat kepada Alloh, semestinya disertai dengan penuh ketaatan dan berpaling dari segala bentuk kemaksiatan.

3. Tafsir al-Kasyaf; imam Zamakhsyari. Lihat teks

Salat dapat menjadi jalan meninggalkan maksiat, seolah-olah salat dapat menghentikan seseorang dari perbuatan maksiat. Lalu jika ada yang mengatakan “kan banyak orang yang ahli salat namun terus bermaksiat” tanggapi bahwa Allah lah yang berhak mengganjar salat seseorang, sampai akhirnya dia masuk pada tingkatan awal taubat nasuha serta menjadi orang yang bertakwa.

4. Tafsir al kasyaf wal bayan; imam Ats tsa’labi. Lihat teks

Sahabat Anas bin Malik berkata: ada seorang pemuda sholat bersama Nabi Muhammad SAW. Namun pemuda itu tetap melakukan perbuatan buruknya. Kemudian sahabat Anas menceritakan sifat (keadaan) pemuda itu kepada Nabi deengan berkata: bahwasanya salat yang di lakukan pemuda itu hanya mencegahnya (dari perbuatan buruk) sekali waktu saja, dan tetap tidak bertaubat dan berbuat baik. Kemudian Nabi berkata: Tidakkah Aku berkata kepada mereka bahwa salatnya itu akan menghindarkannya (dari keburukan) suatu saat.

Kesimpulan
  • Salat dapat menjadi parameter moral seseorang. Orang yang suka (rajin) salat pun berpotensi berbuat dosa lebih-lebih yang salatnya suka-suka.
  • Tetap beribadah meskipun kadang-kadang berlaku dosa. Sebab, kita tidak tahu ibadah apa yang dapat mengantarkan kita ke pintu taubat kelak.
  • Perbaiki ibadah dengan sebaik mungkin sesuai aturan syari’at (fiqh) dan anjuran ulama (tasawwuf).

Sebenarnya, tulisan ini hanya ingin mengulas sedikit kenangan bersama beliau; alm. K.H. Zainal Ali Suyuthi dan mengingatkan kita bahwa dawuh kyai adalah sari pati keilmuan, pengamalan, dan pengamalan agama beliau.

Teruntuk guru-guru kita ….

Al-Fatihah…

Baca juga : Islamisasi Sains Menurut Pandangan Pervez Hoodbhoy

Salat Jaminan Moral Seseorang
Santri at Pondok Pesantren Al-Khoirot | + posts

Santri Al Khoirot, peserta progam Ma'had Ali Al-Khoirot

Avatar

Achmad Safikurrohman

Santri Al Khoirot, peserta progam Ma'had Ali Al-Khoirot

One thought on “Salat Jaminan Moral Seseorang

  • Avatar Anonim

    Masyaallah, semoga kita dapat meningkatkan kualitas sholat dan ibadah² lainnya🤲

Komentar ditutup.