KeislamanPendidikan

Pesan untuk Santri Al-Khoirot di Al-Azhar Mesir

Pesan untuk Santri Al-Khoirot di Al-Azhar Mesir

Saya punya beberapa teman yang kuliah di Mesir yang saya kenal pribadi. Baik yang saya kenal saat bekerja sebagai tenaga musim (Temus) saat sama-sama menjadi pembimbing haji biasa di bawah Kemenag, sebagai mutawwif (guide) saat sama-sama bekerja di musim haji di sejumlah ONH Plus (sekarang Haji Khusus), maupun yang saya kenal karena ada sebagian mahasiswa Mesir ini meneruskan kuliah S2-nya di India. Jadi, saya banyak mengenal mereka dengan berbagai macam corak dan ragamnya.

Tulisan ini tidak akan membahas secara detail tentang seluruh individu para mahasiswa Mesir masa lalu yang saya kenal.  Melainkan terbatas hanya tentang beberapa hal positif yang bisa diteladani atau hal negatif yang bisa dihindari. Dengan tujuan, agar dapat diambil manfaat dan pelajaran khususnya oleh mahasiswa IKSAL Kairo.

1.Rajin berkarya dan memaksimalkan bahasa Arab

Teman saya yang patut dicontoh dalam hal ini adalah Dr. Sofyan Saha Lc. MA. Sarjana S1 di Al-Azhar, Mesir. S2 di Jamia Milia New Delhi dan S3 di University of Lucknow, India.

Jabatan terakhir: Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin UIN Sumatera Utara

Saya mengenalnya secara pribadi sejak dia pindah dari Al-Azhar untuk melanjutkan S2 di India.

Apa yang dia lakukan selama di India selain kuliah adalah aktif menerjemah kitab-kitab berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Dan itu dilakukannya tanpa melihat atau merujuk kamus sama sekali.

Saat saya tanya bagaimana dia bisa menguasai mufradat bahasa Arab dengan sangat baik, dia bercerita bahwa selama di Mesir dia berlangganan 1 koran bahasa Arab. Dia membaca seluruh koran itu setiap hari sampai habis dan menandai kosa kata yang tidak dimengerti dan menghafalnya. Begitu terus yang dia lakukan selama tiga tahun sehingga tidak ada satu mufradat pun yang dia tidah tahu.

Menerjemah kitab sudah menjadi kebiasaannya sejak dia belajar di Mesir dan dilanjutkannya saat dia melanjutkan S2 dan S3 di India. Kebiasaan ini membuat dia biasa berkarya tulis dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Arab. Bahkan tulisannya yang berbahasa Arab pernah dimuat di salah satu jurnal berbahasa Arab bernama Al-Baath al-Islami yang terbit di Lucknow, India.

Komitmen menerjemah kitab sejak masa kuliah program S1 ini juga yang dilakukan salah seorang mahasiswa al-Azhar yang bernama Ismail Yaqub sekitar tahun 1950-an. Pada saat itu, ia berhasil menerjemah kitab Al-Umm karya Imam Syafi’i secara lengkap sebanyak 11 jilid. Ia berhasil lulus Al-Azhar sampai jenjang S2. Tokoh Aceh yang bernama lengkap Prof. Dr. Teungku Ismail Yakub ini menduduki jabatan terakhir: Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 1967 1972 dan Rektor IAIN Walisongo Semarang tahun 1972 1977

2. Mampu menjadi MC (pembawa acara) dan penerjemah langsung (interpreter)

Kemampuan bahasa Arab tulis itu sudah sangat bagus dan hendaknya menjadi salah satu target prioritas setiap mahasiswa Azhar. Dan akan lebih lengkap lagi kalau juga menguasai bahasa Arab lisan. Ukurannya, apabila dia mampu berbicara lancar untuk menjadi pembawa acara dan jadi penerjemah langsung (interpreter) dalam bahasa Arab.

Untuk menuju ke arah kemampuan ini, salah satu syaratnya adalah dengan memperbanyak bergaul dan berdiskusi dengan mahasiswa penutur asli bahasa Arab (al-natiqin biha) dari berbagai negara di Timur Tengah. Khususnya dari negara yang bahasa Arabnya agak mirip dengan fusha. Seperti Arab Saudi, Yaman dan seluruh negara Teluk.

Dengan demikian, bergaul dengan sesama Indonesia sebaiknya dilakukan seperlunya. Prioritas utama adalah bergaul dengan mahasiswa non-Indonesia yang akan memaksa kita untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dalam bahasa Arab. Terutama dengan penutur asli.

3. Target pencapaian akademis: Doktor

Doktor adalah garis finish dari suatu jenjang akademis. Maka, target garis finish itu harus mempengaruhi aksi yang sedang dilakukan saat ini dan akan dilakukan di masa depan. Dari segi kerajinan, ketekunan dan perilaku lainnya.

Mahasiswa yang hanya punya target s1 saja, itu ibarat ikut lomba lari 100 meter dengan tujuan akan ikut lomba 30 meternya saja.

Idealnya, s1 sampai s3 di Azhar. Tapi kalau itu tidak memungkinkan, karena satu dan lain hal, maka s2 dan s3 bisa ditempuh di tempat lain.

Gelar Doktor itu penting bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk umat, bangsa dan negara.

Setiap ada satu tambahan seorang muslim yang bergelar doktor, maka akan ada umat yang bangga, bangsa yang bangga dan negara yang bangga padanya. Termasuk yang akan sangat senang adalah para pengasuh Al-Khoirot.

4. Kemampuan bahasa Arab amiyah Mesir adalah bonus

Menguasai Amiyah Mesir dalam jangka panjang tidak terlalu diperlukan. Walaupun dalam jangka pendek, selama di Mesir, itu tidak ada salahnya diketahui. Namun penguasaan amiyah Mesir ini akan sangat mudah dikuasai kalau seorang mahasiswa rajin berkomunikasi dengan orang lokal. Baik di warung, pasar maupun bergabung dalam klub-klub bola tingkat RT. Ini cara termudah dan paling efisien belajar bahasa amiyah.

Salah satu teman kakak saya, KH Amin Hasan Syuhud, sangat pintar amiyah Saudi karena rajin main bola dengan anak-anak kecil Saudi saat belajar di sana. Kemampuan teman kakak saya tersebut jauh melampaui kakak saya. Ia bicara amiyah sudah seperti orang Saudi asli.

5. Berpegang teguh pada Manhaj Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja)

Di Mesir, banyak gerakan Islam yang beraneka ragamnya. Ikhwanul Muslim/IM lahir di sini. Salafi Wahabi/IM tumbuh subur di sini dari yang ekstrim biasa sampai yang sangat ekstrim. Kombinasi antara IM dan Salafi/wahabi juga menjadi fenomena umum. Termasuk di Indonesia.  Jamaah tabligh/JT juga ada di Mesir. Dan pernikahan antara  JT dan Salafi/Wahabi juga menjadi hal lumrah, termasuk di Tanah Air.

Maka, mahasiswa IKSAL Kairo, harus berhati-hati dengan fenomena ini. Dengan tetap berpegang teguh pada manhaj Aswaja yang al-Sawadul A’zham (mainstream) sebagaimana yang menjadi manhaj para masyayikh Al-Azhar.

Sebab, sepandai apapun ilmunya dan setinggi apapun gelarnya, kalau sudah teracuni dengan aliran sempalan, maka kewarasan berfikirnya akan terganggu dan kemanfaatannya pada umat akan tereduksi.

6. Mendapatkan Ijazah Al-Quran dan Kutubus Tis’ah dari para Masyayikh

Mendapatkan ijazah sanad dari para masyayikh Al-Azhar atau masyayikh Aswaja yang lain di bidang Al-Quran dan hadits kutubut tis’ah adalah tidak kalah pentingnya. Usahakan mendapatkan ijazah-ijazah tersebut dari mereka. Di Indonesia, ijazah-ijazah seperti sangat diperlukan untuk memeperkuat otoritas dan legitimasi keilmuan.

7. Menjaga sikap tawadhu pada siapapun

Ini tidak kalah pentingnya. Di ujung perjalanan dan perjuangan yang dijalani dan puncak pencapaian keilmuan yang direngkuh, pada akhirnya, semua orang akan melihat seberapa baik karakternya yang merupakan buah dari keluasan ilmunya. Ilmu yang tinggi akan sangat berkurang nilainya apabila tidak disertai dengan sikap tawadhu dan karakter yang baik pada semua orang.

Sikap tawadhu bisa dimulai dengan selalu menghargai orang lain yang memiliki kemampuan paling rendah sekalipun tapi bermanfaat bagi orang lain. Begitu juga, keilmuan yang tinggi akan semakin tampak berwibawa apabila ditunjukkan dalam penampilan yang sederhana dan rendah hati.

Kesimpulan

Mahasiswa Indonesia di Mesir, khususnya IKSAL Kairo, hendaknya selalu memiliki prioritas dan memaksimalkan keberadaannya selama di Mesiri untuk

  1. menguasai bukan saja keilmuannya tapi juga penguasaan bahasa Arab. Baik lisan maupun tulisan.
  2. berusaha memiliki karya tulis baik terjemah atau tulisan sendiri
  3. berpegang teguh pada manhaj Aswaja Al-Sawad al-A’zham
  4. mendapat ijazah Al Quran dan hadits
  5. menjaga sikap tawadhu
Ahmad Fatih Syuhud
Website |  + posts

A Fatih Syuhud; adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang. Penulis masalah Islam, pendidikan, pesantren dan politik. Tulisan opininya yang pernah dimuat di Kompas, Republika, dan lain-lain sudah dibukukan dengan judul, Islam dan Politik: Sistem Khilafah dan Realitas dunia Islam. Catatan Harian-nya di fatihsyuhud.com (dalam Bahasa Inggris) pernah dinobatkan Majalah Tempo (edisi 6 Agustus 2006) sebagai #1 dari 10 Penulis Blog Terbaik. Di Al-Khoirot mengajar kitab berikut: Tafsir Jalalain, Sahih Bukhari, Al-Umm, Muhadzab, Fathul Wahab, Iqna' dan Ibanah al-Ahkam.. Buku-buku yang sudah terbit dapat dilihat di Google Play Store.

A. Fatih Syuhud

A Fatih Syuhud; adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang. Penulis masalah Islam, pendidikan, pesantren dan politik. Tulisan opininya yang pernah dimuat di Kompas, Republika, dan lain-lain sudah dibukukan dengan judul, Islam dan Politik: Sistem Khilafah dan Realitas dunia Islam. Catatan Harian-nya di fatihsyuhud.com (dalam Bahasa Inggris) pernah dinobatkan Majalah Tempo (edisi 6 Agustus 2006) sebagai #1 dari 10 Penulis Blog Terbaik. Di Al-Khoirot mengajar kitab berikut: Tafsir Jalalain, Sahih Bukhari, Al-Umm, Muhadzab, Fathul Wahab, Iqna' dan Ibanah al-Ahkam. . Buku-buku yang sudah terbit dapat dilihat di Google Play Store.