Musafir Cinta
Dengarlah bentala semesta raya!
Biar kuberitakan pawarta: akulah musafir padang tandus gersangnya kehidupan,
Yang tercekat dahaga rindu atas dekap naungan cinta,
Yang terbelenggu lelahnya mengais kefanaa belantara hutan rimba dunia,
Oleh sebab karenanya…luka batin menyemai lara tiada tara.
Wahai raga berjiwa hampa!
Lembayung senja telah menyapa batas revolusi masa,
Aku tetaplah musafir padang tandus gersangnya kehidupan,
Terpasung di luasnya samudra gelap tak bertepi,
Sedang permata digenggaman raib menjelma duli,
Hilang tandas menyisakan ketidak berartian.
Biar kuberikrar:”telah kusingsingkan baju, baju sutra segala lencana perhiasan fana,
Kutanggalkan asa disekitarnya pengharapan menjelang mautnya,
Hampir tumpas hembus nafas dipertengahan durasi panjangnya,
Namun melodi angin kini membawa merdunya petuah pembangkit sukma,
Biarlah aku menjemputnya diujung penghabisan
لا تيأس من روح الله
Menyiram kegersangan, jiwaku menemui kehidupan kedua,
Kutemukan secercah cahaya pada panjangnya lorong kegelapan.
Ya Rabbi…adakah yang lebih patut dicintai selain dari pada candu Kasih-Mu?
Geloranya menjalari nadi di setiap alirannya,
Wahai pemilik jantung hati juga detakannya,
Tak lagi kutemui penjelajahan selain nikmatnya perjalanan pulang.
Asal Yogyakarta yang sedang mengikuti progam Santri Dewasa Al-Khoirot