ArtikelRagam

Memulai Masa Remaja dengan Kepribadian Berdasarkan Tuntunan Agama Islam

Masa remaja adalah periode transisi yang krusial dalam kehidupan seseorang. Ini adalah saat di mana individu mulai membentuk identitas dan kepribadian mereka. Agama Islam, sebagai pedoman hidup, memberikan kerangka kerja yang kuat untuk membimbing remaja melalui tantangan dan keputusan mereka. Artikel ini akan menjelajahi bagaimana memulai masa remaja dengan kepribadian yang didasarkan pada ajaran Islam, memberikan panduan moral, etika, dan nilai-nilai spiritual yang akan membentuk karakter yang kokoh.

Kepribadian dalam Agama Islam

Agama Islam memainkan peran penting dalam membimbing individu melalui proses pembentukan kepribadian. Tidak hanya memberikan perhatian, agama ini memberikan arahan dan panduan mendalam terhadap upaya mencapai kepribadian yang baik dan benar. Kepribadian dalam Islam tidak terbatas pada aspek moral dan etika, melainkan juga melibatkan dimensi spiritual. Allah dengan tegas menyatakan tujuan penciptaan manusia dalam Al-Qur’an, yaitu untuk mengabdikan diri kepada-Nya

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Sehingga, pembentukan kepribadian dalam Islam bukanlah semata-mata pengejaran kesempurnaan lahiriah, tetapi merupakan upaya menuju kesempurnaan spiritual yang melibatkan hubungan yang erat dengan Sang Pencipta.

Pentingnya dimensi spiritual dalam membentuk kepribadian diakui sebagai pilar utama dalam ajaran Islam. Kesempurnaan spiritual mencakup pemahaman tentang ketaatan kepada Allah, pencarian makna hidup, dan pengembangan nilai-nilai ketuhanan. Jauh melampaui penampilan fisik atau prestasi materi, kesempurnaan spiritual memandang keabadian sebagai fondasi utama bagi eksistensi manusia. Oleh karena itu, pendekatan Islam dalam pembentukan kepribadian tidak hanya berkutat pada aspek eksternal yang dapat diamati oleh dunia luar. Lebih dari itu, Islam mendorong penyempurnaan internal yang membawa dampak positif pada keseimbangan spiritual individu. Ajaran Islam mengajarkan bahwa kesempurnaan spiritual menciptakan keharmonisan antara individu dan Tuhan, membimbing manusia untuk mencapai potensi tertingginya sebagai khalifah di muka bumi.

Panduan Moral dalam Al-Qur’an dan Hadist

Al-Qur’an, sebagai pedoman utama bagi umat Islam, menjadi sumber terpenting dalam membentuk dan mengarahkan kepribadian individu. Banyak ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an memberikan panduan moral dan etika yang sangat jelas, membentuk dasar prinsip-prinsip tata nilai bagi umat Islam. Sebagai contoh, dalam Surah Al-Baqarah (2:197):

اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

Artinya: “haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, janganlah berbuat rafaṡ, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala kebaikan yang kamu kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (Q.S. Al-Baqarah:197)

Allah memberikan ajaran tentang kebijaksanaan dan kesantunan dalam pelaksanaan ibadah haji. Ini mencerminkan betapa pentingnya ajaran Al-Qur’an tidak hanya dalam aspek spiritual, tetapi juga dalam membimbing perilaku dan etika dalam kehidupan sehari-hari.

Selain Al-Qur’an, hadis Nabi Muhammad SAW menjadi sumber tambahan yang kaya akan panduan moral. Rasulullah SAW, sebagai teladan bagi umat Islam, menyampaikan ajaran-ajaran yang mendalam tentang akhlak dan perilaku yang baik. Sebagai contoh, dalam hadis riwayat Bukhari, Nabi Muhammad SAW bersabda:

إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya di antara kalian.”  (H.R. Bukhari: 6035, Muslim: 2321, dan Ahmad)

Hadis di atas bukan hanya sekadar sebuah anjuran, melainkan penegasan kuat terhadap pentingnya akhlak yang baik dalam membentuk kepribadian. Nabi Muhammad SAW, sebagai rahmatan lil alamin (penyayang bagi seluruh alam), menjadikan akhlak yang mulia sebagai fondasi utama dalam mengarahkan umat Islam menuju kepribadian yang mencerminkan nilai-nilai Islam.

Dengan demikian, kombinasi antara ajaran Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW membentuk landasan kokoh dalam membimbing individu untuk membentuk kepribadian yang mencakup aspek moral dan etika yang tinggi. Kedua sumber ini tidak hanya memberikan petunjuk abstrak, tetapi juga contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari, memastikan bahwa umat Islam memiliki panduan yang komprehensif untuk membentuk kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam.

Etika dalam Hubungan Sosial

Masa remaja adalah waktu di mana individu mulai membentuk hubungan sosial yang lebih kompleks. Islam memberikan pedoman etika yang jelas dalam berinteraksi dengan orang lain. Rasulullah SAW bersabda:

الَّذِي لاَ يَآمَنُ جَارُهُ بَوَآئِقَهُ…..

“……Barangsiapa yang tidak memberi rasa aman kepada tetangganya, maka ia bukanlah seorang mukmin.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Etika dalam hubungan sosial, termasuk dengan tetangga, adalah bagian integral dari kepribadian Islam. Seorang muslim bukan hanya dituntut untuk mengganggu saja, melainkan harus berbuat baik terhadap tetangganya. Dituntut untuk berbuat baik dapat berupa tidak menganggu kepentingannya, menutupi aibnya dan privasinya, memberi hadiah, ikut bergembira ketika dia gembira, serta menyampaikan belasungkawa atas kesedihannya.

Pentingnya Pendidikan Agama Islam

Peran pendidikan agama dalam membentuk kepribadian remaja berdasarkan Islam tidak dapat diabaikan. Sekolah-sekolah agama dan pengajaran Al-Qur’an menjadi pilar utama dalam memberikan fondasi yang kokoh untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai Islam. Pendidikan agama bukan hanya tentang memahami ayat-ayat Al-Qur’an secara mekanis, melainkan juga tentang membimbing remaja dalam meresapi dan mengimplementasikan ajaran Islam dalam konteks kehidupan sehari-hari mereka.

Sekolah-sekolah agama menjadi tempat di mana remaja dapat mendapatkan wawasan mendalam tentang ajaran-ajaran Islam. Materi pelajaran tidak hanya mencakup aspek teoretis, tetapi juga aplikatif. Para siswa diajak untuk merenungkan makna ayat-ayat Al-Qur’an dan bagaimana ajaran tersebut dapat diaplikasikan dalam berbagai situasi kehidupan. Hal ini menciptakan pemahaman yang lebih mendalam dan relevan, memungkinkan remaja untuk menjalani kehidupan sehari-hari mereka dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam.

Menjauhi Perilaku Negatif

Agama Islam mengajarkan umatnya untuk menjauhi perilaku negatif yang dapat merusak kepribadian. Misalnya, konsep haram dalam Islam mengingatkan bahwa ada batasan-batasan tertentu yang harus dihindari. Perbuatan merusak seperti mencuri, berbohong, dan berzina adalah contoh perilaku yang diharamkan oleh Islam. Dengan menjauhi perilaku negatif ini, remaja dapat membangun kepribadian yang kuat dan bermoral.

Self-Reflection dan Kepribadian Islami

Sebagian besar ajaran Islam mengajarkan pentingnya introspeksi diri atau muhasabah. Melalui self-reflection, remaja dapat memahami kekuatan dan kelemahan mereka, serta melihat sejauh mana mereka telah mengikuti ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan merenungkan tindakan dan perilaku mereka, remaja dapat memperbaiki diri dan terus memperkuat kepribadian Islami mereka.

Introspeksi diri atau muhasabah merupakan nilai fundamental dalam ajaran Islam yang mengajarkan pentingnya refleksi pribadi. Dalam momen self-reflection ini, remaja memiliki kesempatan untuk mendalami pemahaman tentang kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, sekaligus mengevaluasi sejauh mana mereka telah mengaplikasikan prinsip-prinsip Islam dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari. Dengan merenungkan setiap tindakan dan perilaku, remaja bukan hanya sekadar mengidentifikasi potensi perbaikan, namun juga membangun landasan kokoh untuk terus memperkaya dan memperkuat karakter Islami mereka, menjadikan proses muhasabah sebagai alat pendorong pertumbuhan spiritual dan moral yang berkelanjutan.

Baca juga: Bergaul Secara Efektif

Daftar Pustaka

Al-Qur’an Hafalan Dan Terjemah (Makassar: Al-Mahira, 2016)

Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Ensiklopedia Hadits; Shahih al-Bukhari, Terj. Masyhar dan Muhammad Suhadi, Jakarta: Almahira, Cet. I, 2011

An-Naisaburi, Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Ensiklopedia Hadits Shahih Muslim, Terj. Ferdinand Hasmand dan Nanang Ni’amurrahman, Jakarta: Almahira, 2012.

Qardhawi, Yusuf, 2004. Hukum Zakat (Terjemahan Dari Buku Fiqh al-Zakat). Jakarta: Pustaka Lentera Antar Nusa (Sartika, 2008).

Memulai Masa Remaja dengan Kepribadian Berdasarkan Tuntunan Agama Islam
+ posts

Mahasiwa UIN Sunan Ampel Surabaya, Prodi Perbandingan Madzhab. Berasal dari kota Kopi (Dampit). Alumni PP. Al-Khoirot Malang. Menurutnya healing terbaik adalah "Tidur".

Avatar

Alehandrow Tri Agusto

Mahasiwa UIN Sunan Ampel Surabaya, Prodi Perbandingan Madzhab. Berasal dari kota Kopi (Dampit). Alumni PP. Al-Khoirot Malang. Menurutnya healing terbaik adalah "Tidur".

One thought on “Memulai Masa Remaja dengan Kepribadian Berdasarkan Tuntunan Agama Islam

  • 🔥❤️👍

Komentar ditutup.