Memahami Bahasa Santri dengan Teori Humanistik
Teori humanistik adalah salah satu teori yang digunakan dalam proses pembelajaran. Teori ini sering kita fahami dengan konsep memanusiakan manusia, humanistik adalah merupakan salah satu pemikiran dari beberapa tokoh yang mana mencetuskan teori-teori belajar seperti Abraham Maslow. Teori humanistik bisa kita fahami secara singkat bahwa bagaimana kita memposisikan diri kita sebagai manusia dan berinteraksi dengan sekitar.
Teori humanistik tidak hanya bisa diimplementasikan dalam pembelajaran atau pendidikan saja melainkan bisa didalam lingkup bahasa. Teori ini bisa disesuaikan dengan bidang apa yang akan diimplementasikan. Jika ruang lingkup bahasa maka bahasalah yang menjadi objek utama dalam teori ini.
Bahasa didalam pesantren pastilah beragam karena santri berasal dari berbagai daerah yang berbeda. Tentu setiap daerah mempunyai bahasa sendiri-sendiri tidak hanya itu bahkan cara pengucapannya pun berbeda karena terbawa oleh dialek dari masing-masing daerah dan bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia yang sangat penting, didalam ilmu bahasa terdapat penutur dan mitra tutur. Bahasa didalam pesantren yang lebih sering digunakan adalah bahasa daerah masing-masing santri, seperti santri yang berasal dari Jawa akan berbahasa Jawa, santri yang berasal dari Madura akan berbahasa Madura dan seterusnya.
Didalam Pesantren memang banyak bahasa yang digunakan tetapi tetaplah bahasa utama adalah bahasa Indonesia karena semua daerah pasti faham dengan bahasa nasional. Meski berbeda dalam hal penuturan tetapi para santri tetap toleran dengan bahasa antar sesama. Santri disini tak hanya diruang lingkup pesantren saja, melainkan juga yang mendapatkan bimbingan atau pengajaran dari guru agama. Tetapi santri lebih indentik berada diruang lingkup pesantren.
Bahasa santri dapat dikaitkan dengan teori humanistik, dengan cara kita amati melalui tindak tutur dari penutur dan mitra tutur yang mana dalam konteks ini adalah tindak tutur antara santri kepada kyai. Dari pengertian teori humanistik dapat difahami bahwa berbahasa juga bisa dikaitkan dengan teori ini karena bagaimana cara kita memanusiakan manusia dan mengaktualisasikan cara dalam kita melakukan tindak tutur.
Bahasa yang baik dikalangan santri jika dikaitkan dengan teori humanistik maka bahasa yang diucapkan oleh penutur haruslah sesuai dengan bahasa yang biasa digunakan dalam ruang lingkup tertentu, seperti bahasa santri ketika melakukan tindak tutur dengan kyainya tentu sangat berbeda dengan tindak tutur sesama santri. Dari perbedaan cara melakukan tindak tutur bisa kita fahami bahwa teori humanistik juga berperan yakni bagaimana cara kita mengaktualisasikan tindak tutur kita dengan orang yang berbeda.
Perbedaan bahasa yang terjadi ini berkaitan dengan ilmu bahasa dalam ruang lingkup sosial yang biasa difahami dengan ilmu Sosiolinguistik. Sosiolinguistik jika dalam ruang lingkup pesantren dan dikaitkan dengan teori humanistik maka termasuk sosiolek atau dialek sosial dimana variasi bahasa yang diucapkan berkaitan dengan status, golongan dan kelas sosial penutur dan mitra tutur. Seperti ketika santri berbicara rumah jika dikhususkan untuk kyai maka berubah menjadi ndalem karena berkaitan dengan ilmu tersebut.
Baca juga : Deradikalisasi Teroris dengan Ushul Fikih
Alumni pondok pesantren Al-Khoirot putri, mahasiswi aktif di Universitas Al-Qolam Malang.