ArtikelPendidikan

Lanjut Studi Islam Diluar Negeri, Menyesatkan?

Lanjut Studi Islam Diluar Negeri, Menyesatkan?

Sebagaimana perkembangan pesat ajaran agama Islam Ahlussunah Wal Jama’ah di tanah air, salah satu faktornya adalah tersebar luasnya dedikasi dan apresiasi para Ulama Aswaja dalam berdakwah. Baik yang tampil dengan bentuk Organisasi Masyarakat, atau lembaga dan yayasan pendidikan seperti Pondok Pesantren, Madrasah, Universitas, dan lain-lain. Hingga akhirnya menghadirkan prespektif yang positif bagi masyarakat tentang kualitas pendidikan yang ada di dalam negeri.

Sebaliknya, ketika mendengar pendidikan islam diluar negeri, tidak sedikit masyarakat bahkan sebagian Ulama yang menganggap itu sebagai momok yang patut dijauhi. Itu disebabkan karena terhitung banyak para pelajar indonesia lulusan luar negeri, yang bukannya semakin memperkuat ajaran Ahlussunah, tapi malah menyimpang ,menyalahkan, membid’ahkan ajaran, bahkan sampai mengkafirkan sesamanya. Padahal esensi dari kental dan kuatnya ajaran Ahlussunah di Indonesia berasal dari luar negeri (khususnya timur tengah). Dan disana pula awal dari pusat perkembangan ajaran Ahlussuanh Wal Jama’ah itu sendiri. Namun pada akhirnya, itu semua mejadikan prespektif yang negatif bagi masyarakat. Hingga tidak sedikit dari mereka yang akhirnya melarang anak-anaknya untuk melanjutkan pendidikan diluar negeri.

Kali ini, penulis tidak akan membahas tetang faktor penyebab problemmatika diatas. Namun, tulisan ini akan lebih berfokus terhadap pembahasan Manhaj atau Kaidah-kaidah Keilmuan yang diterapkan mayoritas lembaga pendidikan dan disepakati oleh mayoritas Ulama Aswaja di penjuru dunia. Khususnya di Al-Azhar, Kairo, Mesir. Yang sempat dianggap telah menyimpang oleh sebagian masyarakat.

Pada dasarnya, semua Manhaj Keilmuan yang diterapkan diberbagai negeri yang menganut ajaran Ahlusunnah Wal Jama’ah memiliki Eksistensi yang sama. Salah satu guru kami, Dr. Ahmad An-Nabawi, Dosen yang mengajar di Kuliah Ushuluddin di Al-Azhar, menyebutkan dalam karangan  beliau Manhajiyah At-Ta’allum, mengenai kesinambungan antara Manhaj keilmuan yang diterapkan oleh Al-Azhar dengan Manhaj Keilmuan yang diterapkan oleh beberapa lembaga pendidikan islam Ahlussunah Wal Jama’ah yang tersebar di penjuru dunia.

Seperti Beberapa Rabitah, Zawiyah, dan Ma’had Ilmiyah yang ada di Hadramaut, Masjid dan Universitas Az-Zaitunah di Tunis, Masjid dan universitas Al-Qurawiyyin di Maroko, Masjid dan Universitas Al-Ummawiy di Damaskus, pembelajaran di Mekkah, Madinah dan Hijaz zaman dulu, As-Sulaimaniyah dan beberapa Madrasah di Baghdad, Madrasah Ustmaniyah di Libiya, beberapa Muhadharah di kota  Syinqith, beberapa Madrasah yang ada di India, dan lain-lain yang menerapkan ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah.

Dalam Muqaddimah sebelum beliau menjelaskan tentang Manhaj keilmuan, Beliau menyampaikan:

استمسك بمنهجك الأزهري ، وعَضَّ عليه بناجيك، وإذا رأيت من يطعن فيه ويصفه بالضلال، فاعلم أن هذا عين الضلال؛ لأن هذا المنهج العلمي للأزهر هو الذي تخرج به أعيان علماء الأمة على مدار تاريخها في الشرق والغرب. وهو في حقيقته وجوهره نابع من منهج الصحابة الكرام والسلف الصالح في الفَهم عن الله تعالى، وعن سيدنا رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلّم

Artinya: “Berpegang teguhlah terhadap Manhaj Al-Azhar. Gigitlah dia dengan gigi gerahangmu. Ketika Kau melihat orang yang mencemarkan kejelekan terhadapnya dan mesifatinya dengan kesesatan, maka ketahuilah! Bahwa itulah hakikat dari kesesatan. Karena sesungguhnya Manhaj keilmuan Al-Azhar adalah cikal bakal dari lahirnya para Ulama’ Besar yang tersebar diseluruh penjuru negeri timur dan barat. Dan hakikat serta esensinya adalah menjadi sumber dari Manhaj keilmuan para Shahabat yang mulia dan Salafusshalih dalam pemahaman yang Allah SWT serta Rasulullah SAW ajarkan”.

Jadi, Manhaj Keilmuan ini bukan sekedar kaidah-kaidah yang dibuat secara personal, yang kemudian di gunakan secara terus menerus saja. Namun ia adalah inti sari dari ajaran serta warisan keilmuan yang berasal dari para Ulama Salafusshalih, Para Shahabat yang terus bersambung dan sampai pada ajaran Rasulullah SAW.

Adapun Manhaj Keimuan Ahlussunah Wal Jama’ah yang diterapkan di Al-Azhar, memiliki 4 pokok dasar:

  1. Ushul Manhaj (Prinsip)
  2. Mukawwinat Manhaj (Unsur)
  3. Ma’alim Manhaj (Karakteristik)
  4. Tsamarat Manhaj (Manfaat)

Dan dari sini, mari kita bahas satu persatu:

1. Ushul Manhaj (Prinsip)

Ushul atau Prinsip Manhaj Keilmuan Al-Azhar sendiri terbagi menjadi 3:

  • Aqidah

Sebagaimana Aqidah yang menjadi prinsip Ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah, yaitu aqidah Asy’ariyah, Maturidiyah, serta kelompok Ahlul Hadist dan Atsar yang tidak bertentangan dan diakui.

  • Syariat

Yaitu ajaran Fikih yang berlandaskan Madzhab 4. Syafi’i, Maliki, Hanbali, dan Hanafi

  • Tazkiyah

Sesuai dengan makna Lughawi yang berarti “membersihkan diri”, yang dimaksudkan disini adalah membersihkan diri dari hal-hal yang tercela dengan ber-Tashawuf. Sebagaimana yang diajarkan oleh Ulama Salafusshalih.

2. Mukawwinat Manhaj (Unsur)

Adapun Mukawwinat atau Unsur dalam Manhaj Keilmuan Al-Azhar:

  • Itthishal As-Sanad

Yang berarti “Bersambungnya Sanad Keilmuan” secara Riwayah, Dirayah,dan Tazkiyah. Karena Ilmu dan Maklumat yang ada didalamnya terus-menerus diwariskan secara turun temurun, denagn meniti jalan dan perjuangan panjang para Ulama terdahulu.

  • Al-‘Inayah Bitahshil ‘Ulum Al-Alat

Yang berarti “Perhatian Dalam Mempelajari Disiplin Ilmu Alat” seperti Ilmu Nahwu, Sharraf, Balaghoh, dan lain sebagainya. Yang menjadi perantara para pencari ilmu untuk memahami dan mendalami Nash Al-Qur’an dan Hadist.

  • Ta’dzim Sya’ni Al-Ummah

“Menghormati Kondisi Umat”. Dengan tidak mudah menfasikkan, mensyirikkan, membid’ahkan dan bahkan mengkafirkan sesama muslim. Serta selalu menjaga hati dari kebencian dan permusuhan.

  • Hamlu Hamm Al-Hidayah Al-‘Amah

Atau “Membawa kepentingan Untuk Menyebarkan Kebaikan dan Hidayah secara umum”. Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa kita ditugaskan untuk menyampaikan Hidayah untuk seluruh alam, maka kita juga harus menyebarkan kebaikan Syariat kepada seluruh umat manusia.

  • Al-Mukawwinat Al-Kamilah Lililmi

Esensi terpenting dari Manhaj Keilmuan ini adalah menjadi “Unsur Penyempuna Dari Ilmu” yang kita pelajari. Hal itu bisa diketahui, Bahwa Ilmu tersusun dari 3 unsur. Yaitu Mashadir (Rujukan), Adillah (Dalil), dan Manhaj (Kaidah) yang bisa dijadikan sebagai sandaran dalam memahami Nash.

  • Al-Ilmam Wal’ihathah Bi Maqashid Asy-Syari’ah

Yang berarti “Mengetahui dan Mencakup Maqasid Syari’ah”. Dengan mengetahui itu semua, akan memperluas presektif serta menerangi hati dan pikiran kita untuk selalu memberikan jalan dan solusi dari kemaslahatan umat.

  • Al-Istifadah Min Turats Al-Ummah

Yang artinya “Mengambil Manfaat dari Warisan budaya Umat” selagi itu tidak menyimpang dari ketentuan syariat.

  • Idrak Al-Waqi’

Atau “Mengetahui Realita” dari problrmatika dan kemaslahatan umat. Sehingga diharapkan untuk menerapkan hukum yang sesuai dan bijak.

Ma’alim Manhaj (Karakteristik)

  • Menata pola dan meluruskan cara berpikir seorang pencari ilmu
  • Membawa ketenangan. Karena asas pertama yang menjadi tanda dari kebenaran adalah membawa ketenangan.
  • Membentuk dan mengarahkan pengetahuan tentang penertiban dalil-dalil Aqliyah dan Naqliyah, menyimpulkan Dilalah dari suatu Mas’alah, mengetahui perbedaan antara Qat’iy dan Dzanniy, serta antara Muhkam dan Mutasyabih.
  • Kecakapan mengenai pengetahuan tentang gramatika pengucapan bangsa Arab agar mampu memahami Nash Al-Qur’an.
  • Adapun untuk mencapai itu semua, dibutuhkan perjuangan yang keras serta usah yang gigih. Dan harus disertai dengan didikan dari seorang guru yang Khabir (berpengalaman) serta Mutqin (memumpuni).
  • Mengarahkan kita untuk menjaga kepentingan diri, akal, agama, harta, serta tujuan hidup kita sebagai seorang muslim.
  • Selalu menghiasi diri dengan akhlak yang mulia dan luhur.
  • Mengetahui bahwa hakikat dari Rahmat yang sesungguhnya adalah rahasia dan hikmah dari syariat itu sendiri.
  • Sesungguhnya setiap kali bertambahnya ilmu seseorang dan semakin dalamnya ia memahami ajaran dari Rasulullah SAW, semakin bertambah pula kemuliaan, akhlak, adab, pengertian, dan kebijaksanaannya.
  • Karakteristik terpenting Manhaj ini adalah selalu mengarahkan untuk selalu mencintai tanah air dan membaktikan diri untuk mempertahankan dan menjaganya.
  • Dan Manhaj ini akan selalu memberikan gambaran terhadap kita akan kejernihan, kemurnian, dan keaslian esensi dari agama Islam. Serta menjauhkannya dari pemahaman yang kacau dan menyimpang.

Tsamrah Manhaj (Manfaat)

Adapun Tsamrah atau Manfaat Manhaj keilmuan ini adalah memperjelas dan menampakkan 3 pokok medan utama kita dalam kehidupan. Yaitu berilmu, beribadah, serta berdakwah umtuk sampai kepada Allah SWT.

Itulah 4 unsur pokok manhaj keilmuan Ahlussunah Wal Jama’ah yang khususnya diterapakan di Al-Azhar dan lembaga pendidikan lainnya. Yang memiliki kesamaan dalam penerapan kurikulum dan pembelajaranya.

Pada dasarnya, esensi dari Manhaj Keilmuan Ahlusunnah Wal Jama’ah yang tersebar di penjuru dunia, Khususnya yang telah diterapkan oleh di berbagai negara yang telah dipercaya sebagai pusat perkembangan Islam Washatiyah dan Aajaran Ahlussunah Wal jama’ah, seperti Mesir, Yaman, Tunisia, Maroko, Damaskus, Iraq, India, dan lain sebagainya, masih sejalan dan sepehaman dengan Islam Washatiyah dan ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah yang diterapkan di indonesia.

Namun perlu digaris bawahi pula, bahwa tidak semua Manhaj keilmuan di negara-negara tersebut sepaham dengan ajaran Islam Washatiyah dan Ahlussunah Wal Jama’ah. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah dengan mengenali esensi dari Manhaj keilmuan yang diterapkan Ahlussunah Wal Jama’ah itu sendiri, kemudian memilih secara selektif dan bijak dalam mengenali dimana tempat pendidikan yang cocok dan sesuai dengan Manhaj  Keilmuan yang dianut oleh ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah. Selain untuk mempertahankan kita untuk selalu konsisten dan yakin terhadap Manhaj yang kita anut, juga untuk menjaga kemurnian serta adanya penyimpangan ajaran islam yang pastinya tidak hanya menyebabkan dampak negatif yang besar pada diri sendiri, namun juga kepada keluarga, masyarakat, dan bangsa. Wallahu A’lam Bisshawab.

Baca juga : Mengapa Kuliah Harus Sampai Doktor?

Refrensi:

  • Ahmad An-Nabawi, Manhajiyah At-Ta’allum Ba’dhu Ahamm Al-Kutub, 26-36, cet.: Dar Ash-Shalih
  • Syaikh Dr. Usamah Al-Azhari, Jamharah Al-A’alm Al-Azhar Asy-Syarif.
  • Jam’u Al-Huquq Mahfudhah Lil Azhar Asy-Syarif, Muqaddimah li Manahij Al-Azhariyah, cet.: Saqiqat Ash-Shafa Al-‘Alamiyyah.
Alumni at Pondok Pesantren Al-Khoirot | + posts

Mahasiswa Indonesia di Mesir, asal dari Dampit. Saat ini menempuh studi di Universitas Al-Azhar, Fakultas Ushuluddin. Alumni PP Al-Khoirot Malang

Avatar

Dimas Adi Saputra

Mahasiswa Indonesia di Mesir, asal dari Dampit. Saat ini menempuh studi di Universitas Al-Azhar, Fakultas Ushuluddin. Alumni PP Al-Khoirot Malang