Krisis Moral Masyrakat Islam Indonesia
Oleh: Novaldi Arifkih
Kelas: XI agama A
Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia menurut data penelitian hampir 86% rakyat Indonesia adalah muslim. Sebuah hal yang patut kita sukuri bahwa kita menjadi golongan mayoritas yang dalam arti tidak akan berani ditindas oleh golongan minoritas namun disisi lain, kita juga harus perihatin karena selain mayoritasa dalam jumlah penduduk kita juga mayoritas dalam tingkat kejahatan, tidak percaya?. Tanyakan saja kepada para begal di Indonesia ini apa agama anda, dengan entengnya mereka menjawab “Islam”.
Tanyakan saja pada para pemabuk di negara ini, apa agama mereka, dengan wajah full senyum akiibat mabuk mereka menjawab Islam, tanyakan saja kepada koruptor di negara ini, apa agama mereka, dengan senyum khas dan mimik wajah yang biasanya digunakan untuk mengelabuhi rakyat mereka mengatakan dengan lantang agama saya Islam.
Mungkin teman-teman akan berpikir tulisan saya ini mendeskreditkan islam iya kan?, bukankah ketika melihat ke negara-negara barat umumnya tak jauh berbeda dengan di Indonesia, di Amerika dan Eropa contohnya yang agama mayoritasnya non muslim jumlah tingkat kriminalitasnya juga dipegang oleh orang-orang yang katanya ber agama selain Islam, dan begitupun dengan negara-negara lainnya, bukankah itu yang pembaca pikirkan?.
Padahal bukan masalah keajahatan itu yang ingin penulis jelaskan, tapi itu artinya terjadi kesenjangan antara ajaran agama denngan tingkah laku pengikutnya. Islam adalah agama rahmatan lilalamin yang artinya Islam menjadi rahmat tidak hanya kepada pemeluknya tapi juga pada seluruh alam semesta. Coba teman-teman baca sekali lagi paragraf di atas. Salah satu satu hal yang ironis dengan visi dan misi agama yang luar biasa indah hanya termaktub di dalam kitab-kitab para Ulama hanya menjadi ucapan para penceramah sebagai bahan ocehan dan hanya menjadi bahan perdebadan untuk mengisi perkembangan. Lalu dalam tatanan praksis hanyalah angan-angan.
Sebuah hal yang sungguh sangat menyedihkan seorang tokoh pernah berkata “kita tidak dapat kembali ke masa lalu untuk mengubah hari ini, tapi kita bisa memperbaiki hari ini untuk mengubah masa depan”. Kita tidak akan bisa kembali ke masa lalu untuk menemui Rosullullah, para Sahabat, dan para Ulama salaf untuk meminta kepada mereka memperbaiki citra agama Islam pada hari ini, karena hal tersebut adalah aspirasi yang utopis.
Tapi kita dapat memperbaiki citra umat Islam pada hari ini untuk menjadikan masyarakat Islam yang madani hari esok nanti, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah memperbaiki diri sendiri yang sangat berhubungan dengan tingkat keilmuan. Jika hal tersebut sudah terwujud, maka memperbaiki tatanan masyarakat Islam yang abstrak adalah suatu keharusan dan demi terciptanya masyarakat madani yang kita inginkan. Dan semoga impian kita diridhoi oleh yang maha kuasa. yaitu Allah SWT.
Buletin MA Al-Khoirot ditulis dan diterbitkan oleh para siswa tingkat SLTA program Madrasah Aliyah Al-Khoirot. Sebuah lembaga yang terakreditasi (diakui pemerintah) dan berada di bawah Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang. Lebih detail, klik di sini!
Para siswa MA Al-Khoirot seluruhnya terdiri dari para santri Ponpes Al-Khoirot (PPA). Karena, syarat masuk MA Al-Khoirot adalah menjadi santri di PPA.