Artikel

Jika Menikah itu Pintu Rezeki, Mengapa Perceraian Terjadi karena Ekonomi?

Jika Menikah itu Pintu Rezeki, Mengapa Perceraian Terjadi karena Ekonomi

Sering mendengar di pengajian bahwa menikah itu membuka pintu rezeki. Begitu juga dengan firman Allah pada surat An-Nur ayat 32 :

وَاَنْكِحُوا الْاَيَامٰى مِنْكُمْ وَالصّٰلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَاِمَاۤىِٕكُمْۗ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَاۤءَ يُغْنِهِمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

Artinya : “Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu, baik laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Sumber terjemah https://quran.nu.or.id/)

Dalam kitab tafsir Jalalain dijelaskan jika mereka (yakni orang-orang yang merdeka itu) miskin Allah akan memampukan mereka (berkat adanya perkawinan itu) dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya kepada makhluk-Nya) lagi Maha Mengetahui (mereka)[1].

Namun kenyataannya banyak sekali keluarga yang malah kekurangan ekonomi bahkan banyak juga perceraian karena masalah ekonomi. Dilangsir dari katadata.co.id Perselisihan dan pertengkaran menjadi faktor utama penyebab perceraian nasional Jumlahnya mencapai 284.169 kasus atau setara 63,41%. Penyebab perceraian terbanyak berikutnya karena faktor ekonomi, yakni sebanyak 110.939 kasus (24,75%).

Baca juga : Manusia Pasti Punya Salah, Namun Tetap Punya Jejak Kebaikan

Lantas jika menikah itu pintu rezeki, kenapa terjadi perceraian karena ekonomi?

Ibaratkan menikah itu seperti kunci. Saat menikah, Allah memberikan sebuah kunci pembuka rezeki. Nah, masalahnya adalah bagaimana caranya agar pintu itu bisa dibuka. Cara membuka pintu rezeki dalam pernikahan yakni keluarga tersebut taat kepada Allah dan masing-masing suami istri saling memberi kebahagiaan dan ketenangan kepada pasangannya.

Coba renungkan sejenak, apa yang menjadi landasanmu untuk menikah?.

Apakah karena hubungan seksual belaka, jika iya, maka bersiaplah rumah tanggamu akan berantakan disaat layanan istrimu sudah tidak lagi memuaskanmu hasratmu.

Apakah karena faktor harta kekayaan, jika iya, maka persiapkan dirimu untuk menghadapi keretakan dalam hubungan pernikahan saat sedang mengalami kesulitan ekonomi.

Apakah karena fisik yang cantik dan gagah. Jika iya maka siapkanlah dirimu untuk kecewa ketika tanda-tanda penuaan mulai terlihat dan kekuatan fisik mulai berkurang.

Apakah karena ingin punya anak, maka bersiaplah untuk saling menyalahkan ketika harapan untuk memiliki keturunan tidak segera terwujud.

Apakah karena kepribadiannya yang menawan, maka siapkanlah dirimu untuk menghadapi situasi di mana ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan, mungkin sampai pada titik engkau merasa perlu untuk melarikan diri.

Oleh karena itu, kita harus meluruskan kembali tujuan kita menikah. Tujuan sejati dari pernikahan adalah untuk mencari keridhoan Allah dan bersama-sama meraih surga. Kita harus memiliki visi yang melibatkan akhirat.

Pernikahan bukan hanya tentang mengejar kebahagiaan di dunia, melainkan lebih dari itu, yaitu meraih kebahagiaan bersama di akhirat. Tujuannya bukan hanya untuk hidup bersama selama hidup di dunia ini, tetapi untuk bersama-sama meraih kebahagiaan abadi di surga.

Pertanyaannya, apakah dirimu (yang siap aja) sudah memiliki visi akhirat, kalau belum, segera dirumuskan.

Dirimu harus ngobrol dengan calonmu untuk menentukan apa visi dari rumah tangga yang akan dibangun. Jangan sampai rumah tangga dibangun tanpa ada visi akhirat.

 

[1] Teks asal { إن يكونوا } أي الأحرار { فقراء يغنهم الله } بالتزوج { من فضله والله واسع } لخلقه { عليم } بهم

Website | + posts

Pecinta Vespa klasik, suka otak atik sembarang mulai dari CorelDraw, Adobe Premiere, Photoshop tapi belum pro juga.

Avatar

M. Ainun Najib

Pecinta Vespa klasik, suka otak atik sembarang mulai dari CorelDraw, Adobe Premiere, Photoshop tapi belum pro juga.