ArtikelBeritaKeislamanPolitik

Islamofobia dan Perkembangannya

Islamofobia merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi sebagian muslim di berbagai belahan dunia. Islamofobia sebenarnya sudah terjadi pada zaman Rasulullah yaitu ketika Beliau berdakwah kepada kaum Quraisy yang mendapatkan banyak perlawanan dan pertentangan. Istilah ini pertama kali muncul dalam sebuah tulisan berjudul L’Orient vu del’Occident karya Etienne Dinet, seorang orientalis Eropa. Namun, istilah ini menjadi lebih populer setelah terjadinya peristiwa robohnya gedung WTC yang dikenal dengan 9/11 di Amerika Serikat yang pelakunya mengatasnamakan dirinya sebagai seorang muslim.

Seorang dosen Sejarah Peradapan Islam (SPI) Johan Wahyudi, M.Hum mengatakan Islamofobia adalah suatu perasaan ketakutan terhadap Islam sebagai agama doktrin dan peradapan. Istilah Islamofobia ini berkembang bukan hanya di negara – negara berpenduduk mayoritas nonmuslim, di negara dengan penduduk mayoritas muslim pun istilah ini juga turut berkembang. Contoh Indonesia dengan penduduk yang mayoritas Islam,  Islamofobia dipakai atau muncul didominasi oleh wacana politik identitas. Baiasanya istilah Islamofobia diusung oleh orang – orang yang sakit hati karena dukungannya disuatu kompetisi politik mengalami kekalahan. Istilah ini ditujukan terhadap rezim yang sedang berkuasa yang dianggap anti ulama’ anti Islam dan berbagai alasan lainnya.

Sedangkan di dunia Barat yaitu Amerika dan Eropa, istilah ismofobia beda arti dengan apa yang berkembang di Indonesia. Istilah Islamofobia yang berkembang di Eropa digunakan untuk menjelaskan perilaku diskriminatif terhadap komunitas muslim di Eropa.

Perilaku ketakutan terhadap Islam ini muncul karena berkembangnya persepsi bahwa penganut agama merupakan seorang yang fanatik dan memiliki tendensi untuk melakukan tindak kejahatan terhadap nonmuslim. Persepsi lain yang berkembang yaitu meyakini bahwa Islam menolak nilai – nilai kesetaraan, toleransi, ataupun demokrasi yang diyakini oleh masyarakat Eropa.

Sebenarnya, Islamofobia di Eropa bukanlah fenomena yang baru muncul. Fenomena kebencian terhadap Islam di Eropa sudah terjadi sejak lama. Dimulai dari sekitar abad ke-8 masehi, kebencian terhadap Islam tercatat dalam bentuk perang salib. Kebencian tersebut terus berkembang hingga saat ini dengan berbagai macam bentuk kebencian.

Perkembangan islmofobia di Eropa lebih kompleks ketika Islam dicap sebagai agama teroris sebagai imbas dari keterlibatan kelompok ekstrimis muslim di berbagai peristiwa – peristiwa besar. Seperti tragedi serangan teroris terhadap gedung WTC di Amerika Serikat pada tahun 2001 yang dikenal dengan tragedi 9/11 serta tragedi bom London pada juli 2005. Ketidaknyaman ini diperparah dengan kehadiran kelompok yang terus – menerus melakukan teror dimana – mana, seperti kelompok Al – Qaeda dan ISIS. Kejadian – kejadian itulah yang memperkuat kecurigaan dan kebencian terhadap Islam di Eropa.

Situasi ini dimanfaatkan oleh partai – partai konservatif di negara – negara Eropa untuk menciptakan prasangka buruk terhadap berbagai komunitas Islam di dunia. Salah satu efek diplomatis terjadi ketika kontroversi dan perdebatan ketika Turkie negara dengan mayoritas penduduk muslim di Eropa mengajukan menjadi anggota penuh Uni Eropa yang akhirnya gagal hingga pembahasannya ditutup pada tahun 2016. Terbaru politisi pemimpin partai sayap kanan Swedia yang melakukan pembakaran Al – Qur’an ketika demonstrasi di kedutaan Turki di negara tersebut.

Di Asia, Islamofobia berkembang di Asia bagian selatan, tepatnya di India. Agama Islam di India merupakan agama minoritas. Belakangan ini muslim di India menyampaikan berbagai kecaman dan protes karena aksi kontroversial pejabat pemerintahnya dianggap merepresentasikan Islamofobia.

Naveen Jindal dan Nupur Sharma, anggota Bharatiya Janata Party (BJP), sebuah partai politik beraliran nasionalis konservatif di India, diberhentikan dari keanggotaannya di partai itu karena pernyataanya yang menghina Nabi Muhammad. Partai tersebut merupakan partai pengusung Perdana Menteri India Narendra Modi yang menduduki posisi bagian media dan juru bicara nasional BJP.

Meskipun Pemerintah India dan BJP mengeluarakan keanggotaan serta tidak mengindahkan tindakan tersebut, Islamofobia telah menjadi bagian sentral dari kampanye ideologi negara dan partai berfaksi nasionalis Hindu di India tersebut.

Bentuk Islamofobia lain di India yaitu kebijakan tidak diperbolehkannya mengenakan kerudung dan hijab ketika hendak memasuki gedung sekolah yang dianggap sebagai tindak deskriminatif terhadap komunitas muslim.

Hal ini dapat melahirkan eksklusivisme dan ketidakstabilan politik negara akibat dari bangkitnya konservatisme politik. Prasangka buruk ini selain akan berpengaruh negatif terhadap masyarakat Islam di dunia, juga akan menimbulkan dampak buruk pada hubungan bilateral maupun multilateral berbagai negara Islam.

Penyebab Munculnya Islamofobia

Kebencian terhadap peradapan Islam atau Islamofobia muncul bukan karena kebetulan saja. Akan tetapi, ada faktor – faktor yang mendorong munculnya kebencian yang terus berkembang dengan berbagai macam bentuk dari masa ke masa. Berikut faktor – faktor yang memicu munculnya Islamofobia.

Pertama, Isu Terorisme. Isu terorisme sebagai sumber munculnya Islamofobia seakan tak pernah ada ujungnya. Kekerasan para ektrimis membuat dunia selalu dirundung kekhawatiran. Apalagi kelompok yang mengaggap dirinya paling benar dan kelompok yang tidak sependapat dengannya dianggap kafir didukung dengan ideologi ekstrim.

Islamofobia tumbuh karena dunia luar terlanjur fukos terhadap beberapa kelompok begitu eksklusif. Munculnya kelompok ekstrimis Al-Qaeda dan ISIS yang terlibat aksi terorisme selalu menjadi sorotan dan selalu dipertontonkan oleh media. Sehingga persepsi dunia terhadap Islam menjadi sempit karena Islam tergambarkan oleh apa yang ditonton. Kelompok teroris ini berideologi bernapaskan Islam, tapi sangat spesifik mengedepankan kekerasan. Sedangkan Islam, mengajarkan kasih sayang dan toleransi.

Kedua, Adanya Trauma Sejarah. Terdapat ketakutan di kalangan Barat bahwa Islam akan bangkit dan berkuasa. Hal ini berdasarkan anggapan mereka yang melihat bahwa umat Islam menuju kebangkitan semakin tampak.

Di dunia Barat, Islamofobia telah menjadi catatan sejarah kelam bagi orang berkulit putih yang kemudian menjadikan trauma akan kembalinya kekuatan Islam. Di negara – negara yang pernah menjadi komunis masih terdapat sisa – sisa kejayaan Islam masa lalu seperti museum pertahanan Ottoman Empire yang ditata sebagai upaya membangun kesadaran dan kehati – hatian masyarakat Barat akan kebangkitan Islam.

junaidi
Website | + posts

Halo! Saya Junaidi. Salah satu mahasantri Ma’had A’ly Madrasah Al-Khoirot. Telah menyelesaikan jenjang Madrasah Diniyyah Ibtidaiyyah dan Madrasah Diniyyah Tsanawiyyah Al-Khoirot yang ditempuh selama 8 tahun.

Avatar

Junaidi

Halo! Saya Junaidi. Salah satu mahasantri Ma’had A’ly Madrasah Al-Khoirot. Telah menyelesaikan jenjang Madrasah Diniyyah Ibtidaiyyah dan Madrasah Diniyyah Tsanawiyyah Al-Khoirot yang ditempuh selama 8 tahun.