ArtikelKeislaman

Inilah Hikmah dari Turunnya Al-Qur’an Secara Berangsur-angsur

Sebagai pengikut Nabi Muhammad, kita diberikan banyak keistimewaan oleh Allah, salah satunya melalui hadirnya kitab suci al-Quran sebagai pedoman yang sangat komprehensif, memberikan manfaat yang besar bagi kita.

Al-Quran, sebagai penyempurna dari risalah sebelumnya, merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan. Nabi Muhammad, sebagai penerima risalah terakhir ini, dianggap sebagai utusan terakhir Allah, mengakhiri tugas mulia yang berasal dari-Nya.

Proses turunnya al-Quran kepada Nabi Muhammad melibatkan perantara malaikat Jibril, yang berfungsi sebagai guru bagi Nabi Muhammad, menyampaikan ilmu yang berasal dari Allah. Ini dapat dilihat melalui ayat berikut,

    نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْاَمِيْنُۙ ۝١٩٣ عَلٰى قَلْبِكَ لِتَكُوْنَ مِنَ الْمُنْذِرِيْنَۙ ۝١٩٤ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُّبِيْنٍۗ ۝١٩٥

“Al-Quran diturunkan oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam hati Muhammad, dengan tujuan agar beliau menjadi pemberi peringatan dalam bahasa Arab yang jelas.” (QS. as-Syuara: 193 – 195).

Proses penurunan al-Quran, menurut ulama, dapat dibagi menjadi dua prosedur. Pertama, al-Quran turun sepenuhnya pada malam Lailatul al-Qadr, dimana al-Quran diturunkan dari Lahul al-Mahfud ke langit dunia. Kedua, al-Quran turun secara berangsur-angsur dari langit dunia ke Nabi Muhammad.

Prosedur pertama dapat ditemukan dalam ayat berikut,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)” (QS. al-Baqarah: 185).

Hadis yang disampaikan oleh Imam Ibn Abbas juga mendukung informasi ini,

أُنْزِلَ القُرْأَنُ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا جُمْلَةً وَاحِدَةً ثُمَّ أُنْزِلَ نُجُوْمًا

yang menyatakan, “Nabi berkata; al-Quran diturunkan pada Lailatul al-Qadr di bulan Ramadan menuju langit sekali secara menyeluruh. Kemudian diturunkan secara berangsur-angsur.” (HR. Imam Thabrani).

Prosedur kedua, yaitu penurunan secara berangsur-angsur, ditegaskan dalam firman Allah berikut,

وَقُرْاٰنًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَهٗ عَلَى النَّاسِ عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلًا ۝١٠٦

“Dan Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia, dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. al-Isra’: 106).

Dalam prosesnya, al-Quran disampaikan secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun. Periode ini dimulai ketika Nabi Muhammad menerima mandat awal untuk menyampaikan pesan Tuhan kepada masyarakat Arab.

Selanjutnya, akan dibahas beberapa hikmah di balik penurunan al-Quran secara bertahap, sebagaimana telah dijelaskan oleh para ulama, antara lain:

  1. Memperkuat hati Nabi Muhammad di tengah gempuran kezaliman yang terjadi dalam masyarakat Arab pada zaman tersebut.
  2. Memberikan kemudahan kepada Nabi Muhammad ketika wahyu turun secara bertahap.
  3. Proses bertahap ini memungkinkan perlahan-lahan munculnya hukum syariat bagi umat Islam.
  4. Menyediakan kemudahan bagi umat Muslim pada masa itu untuk menghapal dan memahami isi dari ayat-ayat suci al-Quran.

Beberapa hikmah yang telah disebutkan di atas akan dijelaskan lebih lanjut melalui beberapa penjelasan di bawah ini.

Hikmah pertama adalah memantapkan hati Nabi Muhammad di tengah-tengah tekanan kezaliman yang dialami oleh masyarakat Arab pada zaman itu. Ini dapat dilihat dari ayat yang menyatakan,

وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْاٰنُ جُمْلَةً وَّاحِدَةًۛ كَذٰلِكَۛ لِنُثَبِّتَ بِهٖ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنٰهُ تَرْتِيْلًا ۝٣٢

“Orang-orang kafir berkata: ‘Mengapa Al-Quran tidak diturunkan kepadanya sekaligus?’ Tujuannya adalah untuk memperkuat hati Nabi Muhammad dan membacanya secara tertib dan benar.” (QS. al-Furqan: 32). Kaum Yahudi dan Musyrikin tidak menerima penjelasan bahwa Al-Quran diturunkan secara bertahap, dan ayat tersebut turun sebagai penolakan terhadap tawaran mereka.

Allah menggunakan berbagai cara untuk memantapkan hati Nabi Muhammad di tengah-tengah kezaliman, seperti memberikan contoh dari perjuangan Nabi terdahulu sebagai pelajaran berharga untuk perjuangan dakwah.

Hikmah kedua adalah memberikan kemudahan kepada Nabi Muhammad saat turunnya wahyu, karena keagungan dan kemuliaan Al-Quran yang luar biasa. Allah menyatakan bahwa jika Al-Quran diturunkan di atas gunung, gunung tersebut akan hancur karena keagungannya. Ini mencerminkan kasih sayang dan kemudahan yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad yang memiliki hati yang lembut.

Hikmah ketiga adalah penyebaran hukum syariat bagi umat secara bertahap, seperti yang terlihat dalam konteks larangan minuman keras. Al-Quran mengharamkan minuman keras dengan empat tahap untuk mempertimbangkan kondisi masyarakat Arab pada saat itu, yang masih menganggap minuman keras sebagai kebutuhan utama. Proses bertahap ini efektif dalam memunculkan syariat baru dan menunjukkan kebijaksanaan Islam yang mempertimbangkan kemaslahatan umat.

Hikmah keempat adalah memberikan kemudahan bagi umat Muslim saat itu dalam menghapal dan memahami isi Al-Quran. Proses turunnya secara berangsur-angsur mempertimbangkan keterbatasan literasi masyarakat Arab pada masa itu, yang mengandalkan kekuatan ingatan. Jika Al-Quran diturunkan sekaligus, hal ini akan menyulitkan umat zaman dahulu untuk memahami ajaran inti. Sehingga, turunnya secara bertahap menjadi cara efektif untuk menyampaikan ajaran Al-Quran kepada umat secara menyeluruh.

Inilah beberapa hikmah di balik proses turunnya Al-Quran secara bertahap, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi umat.

Baca juga : Muhasabah Diri dengan Selalu Mengingat Kepada Allah

+ posts