Gemar Pamer Kekayaan, Bikin Sulit Dapat Teman?
Gemar Pamer Kekayaan, Bikin Sulit Dapat Teman?
Bersosialisasi dan menjalin hubungan pertemanan sangat penting bagi kehidupan. Di mana dalam prosesnya, kita juga hidup di dalam masyarakat yang kerap menonjolkan tampilan dan status kekayaannya.
Orang-orang yang memiliki kekayaan dan kemudian memamerkannya ke khalayak ramai kerap kali ditemui di media sosial. Mulai dari artis, publik figur, hingga teman dan kerabat sendiri.
Pernah kenal dengan orang yang seperti ini? Kebiasaan pamer ini biasa disebut dengan flexing, yang jika dilakukan berlebihan malah bikin ilfeel.
Apa itu flexing?
Flex adalah istilah slang dalam bahasa Inggris yang berarti “pamer”. Bentuk yang dipamerkan bisa apa saja, mulai dari bentuk fisik tubuh, berupa barang dan harta benda, atau hal lain yang dianggap lebih unggul dari orang lain.
Kebiasaan flexing justru bikin menimbulkan banyak omongan miring dan curiga.
Salah satu contohnya seperti Indra Kenz dan Doni Salmanan yang kerap flexing kekayaannya di media sosial, namun ternyata berasal dari kasus penipuan investasi.
Menurut studi penelitian, gemar flexing bikin sulit punya teman
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science dari SAGE, menemukan bahwa 66% orang lebih suka berteman dengan yang ‘biasa-biasa’ saja, daripada dengan yang kerap menonjolkan harta.
Dalam kasus studi ini ditunjukkan dengan mengendarai kendaraan mewah dengan kendaraan biasa.
Dilansir Psychology Today, menurut salah satu peneliti jurnal tersebut, menyebutkan bahwa orang berpikir bahwa menonjolkan kekayaan seperti mengendarai mobil mewah akan meningkatkan minat untuk berteman, tetapi simbol status seperti itu justru membuat calon teman cenderung kurang tertarik untuk menjalin pertemanan.
Flexing sebagai sarana validasi
Para psikolog menyebut kebiasaan ini sebagai perbedaan perspektif dalam perbandingan sosial.
Pada dasarnya, setiap orang ingin terlihat lebih baik dan tidak ingin kalah dari orang lain, dan kebiasan pamer atau flexing adalah cara untuk menunjukkannya.
Ketika seseorang memamerkan barang-barang mewah atau melakukan kegiatan mahal, bisa jadi mereka bertujuan untuk mencari pengakuan dari masyarakat.
Penelitian dari SAGE ini juga selaras dengan Morgan Housel, penulis buku The Psychology of Money. Dalam bukunya menyebutkan bahwa memamerkan simbol status justru tidak akan membuat seseorang dihormati.
Orang mungkin kagum dengan barang mewahmu, tetapi mereka hanya mengagumi barang tersebut, bukan dengan orang atau pemiliknya.
Orang kaya sungguhan cenderung lebih rendah hati
Beberapa contoh kecilnya adalah Warren Buffet, orang terkaya ke-5 di dunia dan Michael Hartono, pemilik Grup Djarum dan pemilik saham mayoritas BCA yang jadi orang terkaya di Indonesia bersama saudaranya, R. Budi Hartono.
Diketahui bahwa Warren Buffet menjalani gaya hidup sederhana meski hartanya melimpah.
Ia masih tinggal di rumah yang telah dihuni selama lebih dari 60 tahun, meski ia sebenarnya bisa beli villa mewah berharga ratusan miliar. Ia juga masih mengendarai tipe mobil yang sederhana.
Begitu pula dengan Michael Hartono, ia masih senang makan jajanan pasar meski ia bisa makan di restoran mewah. Makanan favoritnya adalah lentog, yaitu kuliner khas Kudus, Jawa Tengah, yang berisi irisan lontong, tahu, tempe, dan sayur nangka.
Ia pernah ditemui dalam satu kesempatan, ia datang menggunakan mobil Hiace Ventury, tanpa ada pengawalan seperti warga biasa.
Padahal untuk orang sekelas Hartono, bisa saja ia datang dengan Alphard atau Fortuner dengan pengawalan voorijder.
Ada kutipan dari Rhenald Kasali yang cocok untuk menutup artikel ini, yakni “poverty screams, but wealth whispers“. Orang yang benar-benar kaya justru tidak ‘berisik’ bahkan malu untuk membicarakan kekayaannya.
Jadi, jangan mudah terkecoh dan terkesima jika ada orang yang gemar pamer harta di sosial media maupun di kehidupan nyata. Bisa saja, mereka sebenarnya tidak kaya-kaya banget, tidak seperti Hartono Bersaudara.
Mari bergaya sewajarnya, dan menjalani hidup sesuai kemampuan kantong kita!
Baca juga : Over Thinking Itu Berbahaya
Pecinta Vespa klasik, suka otak atik sembarang mulai dari CorelDraw, Adobe Premiere, Photoshop tapi belum pro juga.