ArtikelKeislaman

Dosa Besar Kaum Santri

Dosa Besar Kaum Santri

Banyak sekali santri Aswaja (yg yunior maupun “senior”) yang karena salah mendengar video provokatif jadi ikut-ikutan “brutal” dan jadi pemarah secara tidak wajar.

Di negara demokrasi seperti Indonesia, di mana siapa saja bebas bicara baik bicara faktual maupun hoaks, opini dan ceramah siapapun harus difilter dengan sangat serius. Terutama hati-hati dengan opini dan ceramah yang membuat anda marah pada seseorang atau sesuatu. Jangan sampai kemarahan itu ditimbulkan oleh sesuatu yang tidak ada. Sesuatu yang direkayasa oleh pihak yang ingin mengejar kuasa.

Daftar isi

  1. Dosa besar pelaku dan penyebar hoaks
  2. Mengapa tidak merasa berdosa?
  3. Santri itu orang saleh yang bisa fasiq karena kebodohannya
  4. Langkah Preventif agar tidak jadi Pelaku Fasiq tanpa sadar
  5. Dampak negatif personal
  6. Dampak Buruk secara Sosial dan stabilitas Negara
  7. Tipologi Berita dan Level Keterpercayaannya (Trust & Fairness)
    1. Media TV
    2. Youtube, Whatsapp, Instagram, Tiktok, Facebook, dll
    3. Portal Berita Online
  8. Berita berdasar Pernyataan Tokoh
    1. Pernyataan Ulama, Ustadz, Tokoh Masyarakat
    2. Pernyataan Habaib
    3. Pernyataan Pejabat, Aparat dan TNI/Polri
  9. Kritis pada Berita Kunci Ketahanan Umat dan Bangsa
  10. Berita terpercaya: Pengakuan dosa dari si pelaku
  11. Berita yang Relatif Bisa Dipercaya
    1. Mengutip sumber berita utama
    2. Rekam Jejak pembawa berita

Repotnya, banyak santri yg tidak punya “alat” untuk memfilter mana yang benar dan mana yg fitnah. Yang mereka lihat hanya “siapa yang bicara”. Padahal ulama hadits sudah mengajarkan, melalui ilmu “al-jarah wat ta’dil” untuk selalu waspada pada berita apapun dan dari siapapun. Karena, hanya Nabi yang ma’shum yang tidak mungkin bohong atau salah.

Ulama, habaib, TNI/Polri, pejabat negara, tokoh masyarakat, apalagi politisi, semuanya adalah manusia biasa yang bisa salah atau bohong. Menghormati mereka sebagai sesama manusia adalah wajib. Akan tetapi mempercayai semua omongan mereka yang tidak disertai bukti otentik adalah salah besar.

Mudahnya kaum santri percaya pada berita hoaks membuat mereka dapat jadi pelaku dosa besar (dosa tukang fitnah) – dan disebut kaum fasiq – tanpa merasa berdosa.

Dosa besar pelaku hoaks dan penyebarnya

Allah menegaskan dalam Al-Ahzab 33:58 tentang dosanya penyebar fitnah dan hoaks yang dalam Al-Quran disebut al-buhtan. Buhtan atau fitnah, dalam bahasa Indonesia, itu haram karena menyakiti sesama muslim dan merusak harmoni.

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.

Allah QS. An-Nur 24:4 menyatakan bahwa penyebar fitnah atau hoaks tanpa fakta itu digolongkan sebagai kaum fasiq. Yakni pelaku dosa besar.

وَٱلَّذِينَ يَرْمُونَ ٱلْمُحْصَنَٰتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا۟ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَآءَ فَٱجْلِدُوهُمْ ثَمَٰنِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا۟ لَهُمْ شَهَٰدَةً أَبَدًا ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.”

Jangankan tuduhan keji yang menghancurkan nama baik seseorang, bahkan tuduhan kecilpun dilarang dan akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah di akhirat kelak seperti tersurat dalam QSAl-Isra 17:36

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.

Sikap dasar saat menerima suatu berita adalah dengan menganggap berita itu suatu kebohongan sampai terbukti sebaliknya. Dari manapun dan dari siapapun berita itu berasal. Sampai ada bukti pendukung yang sangat kuat yang membuktikan sebaliknya. Hanya dengan cara ini kaum santri dapat terbebas dari dosa besar penerima dan penyebar hoaks.


Kenapa tidak merasa berdosa?
Kaum santri sering menyebar fitnah tanpa merasa berdosa karena mereka sangat mudah percaya atas apapun berita yang mereka dengar. Mereka menganggap apa yang mereka dengar terkait sesuatu atau seseorang pasti benarnya. Terutama apabila berita itu berasal dari tokoh idolanya yang mereka hormati dan muliakan.

Mengapa mudah percaya? Ada beberapa faktor:

  1. Pendidikan rendah.
  2. Tidak ada pendidikan khusus di pesantren tentang cara menangkal berita hoaks. Ini juga berlaku di pendidikan lain, di lembaga formal termasuk universitas. Banyak korban hoaks juga sarjana s1 atau s2.
  3. Meniru sikap kyai atau ustadz-nya yang juga mudah percaya.
  4. Kepercayaan yang tinggi pada figur tokoh. Baik kyai sendiri atau kyai lain yang seide dengannya.
  5. Mudah percaya pada figur habaib tanpa melihat rekam jejaknya.
  6. Mudah percaya pada figur pejabat, aparatur pemerintah, anggota legislatif, dan perangkat negara yang lain.


Santri itu Umat yang Saleh, yang bisa fasiq karena kebodohannya

Santri secara lahiriah tampak seperti komunitas yang penuh dengan kesalehan: rajin shalat lima waktu berjamaah, rajin shalat sunnah rawatib sebelum dan setelah shalat fardhu, rajin shalat malam, dan rajin shalat dhuha.

Selain itu, mereka umumnya selalu menjauhi perbuatan yang dianggap dosa besar dalam Syariah Islam. Seperti zina, miras, judi, daging babi, menipu dan sejenisnya. lain-lain.

Dengan kesalihan-kesalihan di atas, maka ketika mereka melakukan dosa besar dengan percaya hoaks dan menyebarkan hoaks, maka pada dasarnya semua kesalehan itu habis tanpa bekas. Karena, amal saleh akan hilang dan terhapus oleh dosa besar yang dilakukan sebagaimana disinggung dalam QS Al-Hujurat 49:2.

 أَن تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنتُمْ لا تَشْعُرُونَ

” nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari.”

Al-Bukhari dalam Sahih Al-Bukhari menyatakan:

بَاب خَوْفِ الْمُؤْمِنِ مِنْ أَنْ يَحْبَطَ عَمَلُهُ وَهُوَ لَا يَشْعُرُ

Artinya: Takutnya mukmin akan terhapusnya amal salehnya tanpa terasa.

Ibnu Rajab dalam mengomentari pemberian nama bab Al-Bukhari di atas menyatakan (Fathul Bari li Ibn Rajab, 1/297):

وتبويب البخاري لهذا الباب يناسب أن يذكر فيه حبوط الأعمال الصالحة ببعض الذنوب

Pemberian nama bab Al-Bukhari seperti itu menunjukkan terhapusnya amal-amal saleh oleh sebagian dosa (besar).

Baca juga: Pengaruh Media Sosial

Langkah Preventif agar tidak jadi Pelaku Fasiq tanpa sadar

Dengan adanya kemungkinan bahwa semua amal baik yang telah dengan susah payah kita lakukan akan hangus begitu saja hanya karena kita terlalu mudah percaya pada berita, maka perlu bagi santri untuk waspada dan menyadari resiko ini dengan mengambil langkah-langkah preventif berikut:

  1. Hindari menonton video atau pernyataan tertulis yang membahas tentang politik dan tokoh politik terutama dari kelompok yang anti pada figur yang dibahas di video tersebut. Video yang dimaksud sama saja berasal dari Youtube, grup Whatsapp, Facebook, Twitter, atau kiriman pribadi teman. Kalaupun anda ingin menontonnya, maka pastikan prinsip “semua berita adalah bohong sampai terbukti sebaliknya”.  Dan pastikan untuk tidak menyebarkan video atau link video ke orang lain.
  2. Selalu bersikap kritis dalam mendengar dan menyikapi suatu berita dari mana pun datangnya berita itu
  3. Selalu bersikap kritis dalam mendengar dan menyikapi suatu berita siapapun yang mengatakannya. Sama saja yang bercerita itu seorang ulama, habaib, aparat pemerintah atau siapapun yang dianggap tokoh.
  4. Yang dimaksud bersikap kritis adalah tidak begitu saja menerima suatu berita sebagai kebenaran kecuali setelah didukung oleh fakta-fakta yang kuat.
  5. Berpedoman pada berita yang dikutip dari sumber resmi. Misalnya, masalah keuangan negara dikutip dari kemenkeu (kementerian keuangan); masalah kejahatan yang dilakukan seseorang dikutip dari sumber kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan sejenisnya.
  6. Menghindari berita rumor yang berdasarkan pada teori konspirasi dari sumber tidak jelas.


Dampak Negatif Personal bagi yang Mudah Percaya Berita

Selain dampak akhirat yang membuat penyebar hoaks itu hangus pahalanya, mudah percaya pada berita itu juga memiliki dampak sosial yang juga tidak kecil. Berikut di antaranya:

  1. Mudah ditipu.
  2. Mudah diadu domba dan dipecah belah.
  3. Mudah disetir dan direkayasa untuk tujuan politik.
  4. Menjadi obyek orang-orang yang berniat jahat.
  5. Dianggap bodoh dan sulit menjadi pemimpin di kalangan orang pintar.
  6. Menjadi bahan lelucon.
  7. Jadi figur yang tidak dipercaya karena dianggap bodoh dan bisa diperalat. Khususnya oleh kalangan yang kritis dan obyektif.


Dampak Buruk secara Sosial dan Stabilitas Negara

Dampak buruk dalam suatu masyarakat yang mudah percaya berita hoaks akan sangat banyak mulai dari yang kecil sampai yang sangat besar. Berikut di antaranya:

  1. Umat akan mudah terpecah belah dan diadu domba.
  2. Begitu juga, rakyat suatu negara akan mudah dipecahbelah, diadudomba dan dikuasai oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
  3. Suatu negara akan bisa hancur lebur dari dalam seperti dalam kasus di sejumlah negara di Timur Tengah yang tidak habis-habisnya dilanda perang seperti Suriah, Yaman, Irak, Libya, dll.
  4. Suatu negara menjadi kurang solid karena rakyatnya terpecah belah, walaupun masih dalam tahap aman dan tidak sampai perang. Seperti di negara-negara demokrasi seperti di Indonesia dan Malaysia.


Tipologi Sumber Berita dan Keterpercayaan (Trust & Fairness)

Secara definisi, berita itu memang suatu kabar yang bisa benar atau bohong. Namun demikian, berita memiliki kelas dan level masing-masing dari segi keterpecayaan dan tidaknya berdasarkan sumber, rekam jejak dan kredibilitasnya.

Stasiun Televisi

Tidak semua orang dapat mendirikan stasiun televisi. Hanya orang atau beberapa orang super kaya yang dapat memilikinya. TV adalah perusahaan media yang padat karya dan padat dana yang mempekerjakan banyak jurnalis dan pekerja media lain. Intinya, stasiun televisi adalah sumber berita yang serius. Terlepas dari itu, dari segi berita tetap tidak luput dari bias. Dan bias berita itu tak lepas dari ada tidaknya keterkaitan pemilik TV dengan politik. Berikut stasiun TV berita di Indonesia:

  1. Kompas TV
  2. TVRI
  3. Liputan6 SCTV
  4. Berita Satu / BTV
  5. CNN Indonesia
  6. Metro TV
  7. iNews
  8. TV One
  9. dll

Stasiun TV no. 1 s/d 5 relatif fair pemberitaannya karena pemiliknya tidak terkait dengan partai politik tertentu. Namun tetap harus kritis pada berita yang disampaikan. Sedangkan no. 6 dan seterusnya harus dilihat secara hati-hati karena pemiliknya juga menjadi politisi sehingga tidak lepas dari keberhpihakan dan bias.

Kanal Youtube, WA, Tiktok, Instagram, Facebook, Twitter, dll.

Youtube adalah media sosial berbasis video terpopuler di Indonesia dan dunia. Situs ini menempati posisi kedua setelah Google.com sebagai website yang paling banyak dikunjungi. Di Youtube semua orang bisa membuat kanal (channel) atas nama pribadi atau perusahaan secara gratis dan bahkan dibayar kalau banyak pengunjungnya. Di kanal youtube inilah banyak santri yang tertipu. Banyak berita hoaks bertebaran di Youtube dan tidak sedikit santri yang percaya dan menelannya mentah-mentah.

Memang, tidak semua kanal youtube berisi hoaks. Ada juga cenel yang bagus dan bisa dipercaya. Terutama canel-canel yang dikelola oleh media-media ternama seperti media televisi (seperti Kompas TV, CNN Indonesia, dll) dan media cetak (seperti Kompas.com, BTV, dll).

Intinya, bisa dipercaya atau tidaknya suatu canel di Youtube itu tergantung dari siapa yang mengelolanya. Perlu juga diperhatikan, bahwa ada sebagian canel yang diberi nama mirip dengan nama media terkenal. Pastikan Anda tahu bedanya.

Serupa dengan Youtube adalah berita dari layanan media video yang lain seperti Facebook, Tiktok, Vidio, Twitter, Whatsapp, dll.

Portal Berita Online

Portal berita online adalah media berita yang berbasis internet. Bukan berbasis cetak. Biaya untuk membuat portal online sangatlah murah. Cukup dengan modal Rp. 300.000 (tiga ratus ribu rupiah) pertahun, maka seseorang sudah bisa memiliki suatu situs dengan alamat sendiri untuk dijadikan media berita online.

Dengan mudahnya membuat situs berita online, maka tidak heran kalau saat ini ada sekitar 100 media online yang terverifikasi Dewan Pers dan 43 ribu media online yang belum terverifikasi (berdasarkan data dari Kemenkominfo). Dengan kenyataan ini, maka santri harus betul-betul selektif saat membaca berita dari suatu media online. Sama kritisnya dengan saat melihat video di Youtube.

Berita berdasar Pernyataan Tokoh

Kaum santri, terutama yang masih gaptek (gagap teknologi) dan berpendidikan formal rendah, banyak yang percaya buta pada pernyataan apapun yang disampaikan individu yang dianggap tokoh. Ini salah satu penyebab mudahnya santri menjadi korban hoaks, penyebar hoaks dan pelaku dosa besar tanpa merasa. Yang dimaksud tokoh meliputi ulama, habaib, pejabat tinggi dan aparat negara (termasuk TNI/Polri, anggota legislatif, yudikatif, dll), pengusaha, wartawan/jurnalis, intelektual (dosen, profesor, doktor), dan lain-lain.

Pernyataan Ulama, Ustadz, Tokoh Masyarakat

Seorang santri Aswaja sangat menghormati dan memuliakan semua ulama Aswaja. Terutama yang menjadi gurunya secara langsung di pesantren, atau gurunya guru, dan seterusnya. Apa yang dititahkan gurunya akan ditaati (sami’na wa ato’na). Apa yang dikisahkan gurunya akan dipercaya. Sepanjang dua hal ini terkait dengan masalah ilmu agama yang diajarkan oleh sang guru maka itu menjadi keharusan untuk taat dan mempercayai sang guru.

Namun, untuk masalah berita aktual, apalagi yang terkait dengan dunia politik, maka santri hendaknya harus berusaha bersikap kritis tanpa harus menampakkan kekritisan tersebut di depan gurunya. Cukup simpan dalam hati bahwa berita yang disampaikan sang guru bisa benar atau bohong. Apalagi kalau sang guru mengutip berita itu dari sumber yang tidak jelas dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Pernyataan Habaib

Menghormati dan memuliakan kalangan dzuriyah (keturunan) Rasulullah adalah wajib bagi santri Aswaja. Kalangan yang biasa disebut dengan habib atau habaib ini memiliki posisi penting di hati kaum santri. Habib dihormati karena keturunan, bukan karena ilmunya. Karena, memang faktanya ada habib yang ahli agama ada juga habib yang tidak bisa apa-apa.

Terlepas dari itu, berita dari habaib, baik dari habib yang ahli agama maupun yang tidak berilmu tetap harus diterima secara kritis. Terutama berita yang terkait dengan masalah kekinian yang terkait politik maupun pejabat-pejabat negara. Atau, terkait berita apapun, termasuk keilmuan agama, yang mana sang habib tidak punya otoritas di masalah tersebut.

Yang tak kalah penting disadari, bahwa habib adalah manusia biasa. Tidak ma’sum. Tidak lepas dari dosa dan kemungkinan berbohong, sebagaimana manusia yang lain. Itulah sebabnya, bersikap kritis pada pernyataan para habaib adalah bagian dari usaha kita untuk menghindarkan diri dari dosa besar penerima dan penyebar berita hoaks.

Pernyataan Pejabat, Aparat dan TNI/Polri

Kaum santri menghormati para pejabat negara dan TNI/Polri. Penghormatan itu sebagai bagian dari pilar keempat dari Aswaja yaitu taat ulil amri.  Penghormatan itu terkadang berlanjut dengan rasa percaya pada mereka dan pada apa yang mereka ucapkan.

Kebiasaan mudah percaya pada ucapan mereka, terutama terkait isu-isu kekinian, hendaknya dihentikan. Sikap kritis harus menjadi sikap dasar santri saat mendengar omongan mereka. Terutama pernyataan yang bersifat teori konspirasi. Kecuali, cerita yang sudah ramai diberitakan di media mainstream.

Kritis pada Berita Kunci Ketahanan Umat dan Bangsa

Tidak mudah percaya pada berita dari siapapun dan dari manapun sumbernya akan membuat umat menjadi kuat dan bangsa menjadi solid.

Umat menjadi kuat karena tidak mudah dipecah-belah dan diadu domba oleh kepentingan politik apapun. Apabila kondisi umat kondusif dan harmonis, maka otomatis bangsa menjadi kuat.

Dari sisi personal, seorang santri yang kritis dan obyektif akan terlepas dari jeratan dosa besar sebagai konsumen dan penyebar hoaks.

Berita Terpercaya: Pengakuan dosa dari si pelaku

Apabila ada seseorang mengaku dia telah berzina, maka pengakuan itu dianggap valid dalam syariah Islam seperti yang pernah terjadi pada zaman Nabi. Itu artinya, pengakuan seperti ini memiliki kebenaran. Hal serupa bisa diaplikasikan pada pengakuan dosa yang lain. Seperti mengaku mencuri, membunuh, menipu, dan lainnya. Dalam hukum positif pengakuan seorang terdakwa di pengadilan juga dianggap suatu kebenaran. Kecuali kalau si pelaku menderita gangguan kejiwaan, sedang mabuk atau dalam pengaruh narkoba.

Termasuk valid adalah pengakuan dosa dari lembaga atau institusi yang diucapkan oleh penanggung jawab lembaga terkait.

Tidak demikian halnya dengan pengakuan yang menguntungkan si pelaku. Dalam kasus ini, maka pengakuannya harus disertai dengan bukti yang valid dan akurat. Seperti, pengakuan seorang bahwa dia pernah kuliah sampai S3 di perguruan tinggi paling bergengsi di dunia seperti Oxford, Harvard atau Al-Azhar. Maka, pengakuan itu harus disertai bukti valid berupa ijazah yang asli atau dokumen pendukung lainnya.


Berita yang Relatif Bisa Dipercaya

Walaupun suatu berita itu pada dasarnya bisa bohong dan bisa benar, dan kita dianjurkan untuk menganggapnya bohong sampai terbukti sebaliknya, namun dalam kondisi tertentu berita memiliki kualitas yang relatif bisa dipercaya kendatipun harus tetap waspada. Berikut beberapa kondisinya:

1. Mengutip sumber berita utama

Media cetak atau online yang memberitakan suatu informasi bisa dianggap bisa dipercaya apabila disertai dengan kutipan dari sumber berita utama dengan bukti yang valid. Sumber berita utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dengan berita tersebut.

Misalnya, dalam masalah pidana yang sudah ditetapkan tersangkannya oleh kepolisian, maka sumber utamanya adalah pelaku, pengacara pelaku, lembaga kepolisian yang sedang menangani. Apabila masalah tersebut sudah naik ke pengadilan, maka sumber utama adalah pelaku, pengacara pelaku, jaksa dan hakim.

Demikian juga apabila pembawa berita adalah individu. Berita yang dikisahkan dianggap berkualitas apabila menyertakan kutipan dari sumber berita utama dengan bukti yang valid.

2. Rekam jejak pembawa berita

Pembawa berita, baik itu lembaga atau individu, dianggap memiliki integritas dan kredibilitas yang bisa dipercaya apabila memenuhi syarat-syarat berikut:

  1. Netral secara politik dalam arti ia (a) tidak terafiliasi secara resmi pada salah satu partai politik; (b) tidak menjadi tim sukses atau tim relawan dari salah satu partai politik atau salah satu calon eksekutif atau legislatif; (c) tidak dikenal anti atau pro secara berlebihan pada rezim yang berkuasa atau pada oposisi.
  2. Lembaga atau individu itu dikenal tidak pernah punya cacat dalam pemberitaan yang dilakukan. Dalam arti, rekam jejaknya relatif baik.
  3. Lembaga atau individu itu dalam beropini tidak pernah mempertontonkan keberpihakan pada rezim atau oposisi. Melainkan menilai berdasarkan fakta dan data.
Ahmad Fatih Syuhud
Website | + posts

A Fatih Syuhud; adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang. Penulis masalah Islam, pendidikan, pesantren dan politik. Tulisan opininya yang pernah dimuat di Kompas, Republika, dan lain-lain sudah dibukukan dengan judul, Islam dan Politik: Sistem Khilafah dan Realitas dunia Islam. Catatan Harian-nya di fatihsyuhud.com (dalam Bahasa Inggris) pernah dinobatkan Majalah Tempo (edisi 6 Agustus 2006) sebagai #1 dari 10 Penulis Blog Terbaik. Di Al-Khoirot mengajar kitab berikut: Tafsir Jalalain, Sahih Bukhari, Al-Umm, Muhadzab, Fathul Wahab, Iqna' dan Ibanah al-Ahkam.. Buku-buku yang sudah terbit dapat dilihat di Google Play Store.

Avatar

A. Fatih Syuhud

A Fatih Syuhud; adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang. Penulis masalah Islam, pendidikan, pesantren dan politik. Tulisan opininya yang pernah dimuat di Kompas, Republika, dan lain-lain sudah dibukukan dengan judul, Islam dan Politik: Sistem Khilafah dan Realitas dunia Islam. Catatan Harian-nya di fatihsyuhud.com (dalam Bahasa Inggris) pernah dinobatkan Majalah Tempo (edisi 6 Agustus 2006) sebagai #1 dari 10 Penulis Blog Terbaik. Di Al-Khoirot mengajar kitab berikut: Tafsir Jalalain, Sahih Bukhari, Al-Umm, Muhadzab, Fathul Wahab, Iqna' dan Ibanah al-Ahkam. . Buku-buku yang sudah terbit dapat dilihat di Google Play Store.