Cerita Mini “Pilihan”
Siang telah mencapai 1/3 fasenya, arak-arakan awan menyembunyikan sebagian sinar mentari, memberikan sedikit jeda untuk meredakan panasnya pada bumi.
Junedi:”Hoaaah! Pusing mud!” (junedi menghambur kedekat mahmud di selasar gazebo rumah mahmud, yang duduk membelakangi junedi, tampak ia sedang asyik dengan suatu hal yang tidak diketahui junedi).
Mahmud:”antum itu datang bukannya salam malah mengeluh.”(ujarnya masih sibuk memarut temu lawak).
Junedi:”ehehe…he…he, maap lupa.” “ternyata dewasa itu rumit ya, mud. Lebih enak jadi anak kecil, tahunya Cuma bersenang-senang dan bermain.”(tangannya asal menyomot segelas kopi mahmud, lalu meminum ½ nya).
Mahmud:” heleh jun…jun… ya kamu main saja masak-masakan sama keponakan saya, kalau ndak malu. Baru nanti tau rasa kenapa ndak nikah. Nikah terus nanti nangees…” (ejek mahmud sambil memeras air jamu temu lawaknya).
Junedi:” wah ya bukan begitu juga konsepnya!”
Mahmud:”setiap pilihan itu punya kadar resiko masing-masing, sedangkan tingkatan kedudukan itu berbanding lurus dengan banyak/sedikitnya resiko, jun. Memang hukum alamnya sudah begitu.”(tangannya jahil melempar potongan temu lawak pada junedi, sedang sasarannya berhasil menghindar).”
Junedi:”kehidupan, umur, ujian itu ketetapan Allah,tapi cara menyikapi itu pilihan manusia, gitu kan yak?”
Mmahmud:” lah itu tahu, gitu aja bingung. Olesi kepala antum pakai hot in cream sana!(junedi melongo menatapnya heran)” otak antum kesleo, perlu diurut!”
Junedi:” ngawu!” (bogeman mendarat dipunggung mahmud).
Mahmud:”nih ane kasih kopi, buat penawar pusing.”(junedi menerima tanpa curiga, langsung meminumnya dengan penuh semangat).
Junedi:”huweeek! Mahmuuud….pahit woy, semprul memang!”(biang keriknya sudah lari terbirit-birit meninggalkan junedi yang kepahitan karena jamu temu lawaknya, tawanya berderai.
Mahmud:”haus itu manusiawi, minum itu kebutuhan, tetapi minum dari gelas yang mana itu pilihan.”(mahmud berpetuah manirukan gaya coolnya junedi. Sedang sie. Korban merasa kesal lalu melempar sandalnya ke arah mahmud) “bluk” (sandal berhasil mendarat keselokan, seketika mahmud mendekati selokan, ia duduk berjongkok mengamati, sambil melepas kopyah lalu mendekapnya).
Mahmud:” innalillahi wa inna ilaihi rojiun….”mahmud geleng-geleng kepala sambil menunduk dengan ekspresi berdika cita, sedang sie empunya sandal duduk bersabdar tiang, lemas tidak berdaya meratapi kepahitan hari ini yang begitu lengkap, juga nasib sandal barunya yang malang.”
Sekian
Asal Yogyakarta yang sedang mengikuti progam Santri Dewasa Al-Khoirot