Berbesar Hati Menerima Kritik
Berbesar Hati Menerima Kritik
Halle Berry (baca, halei beri) artis peraih Oscar dan tampil seksi di film James Bond ‘Die Another Day’ pada tahun 2004 mendapat piala Razzie Award. Kalau piala Oscar sebagai tanda apresiasi atas actingnya yg sangat baik, sebaliknya piala Razzie Award diberikan karena actingya di film ‘Cat Woman’ sangat buruk. Singkatnya, Halle Berry mendapat penghargaan sebagai pemain terburuk di film itu.
Razzie Award ini sudah berlangsung selama empat tahun, dan patut dicatat Halle Berry adalah bintang Hollywood pertama yang datang langsung ke tempat pemberian penghargaan. Aktor dan artis sebelumnya tak pernah mau datang ke tempat penghargaan dan cukup memberikan pesan melalui video.
Menarik dicatat adalah kata sambutannya waktu menerima penghargaan sebagai artis terburuk itu. “Saya menerima penghargaan ini dg tulus hati. Saya menganggap ini sebagai kritik bagi saya untuk tampil lebih baik di filem-filem saya berikutnya. Saya masih ingat pesan ibu saya bahwa ‘Kamu tidak berhak dipuji kalau kamu tidak bisa menerima kritikan’.”
Pidato sambutan Halle Berry itu disambut dg tepukan dan standing ovation dari para hadirin. Bukan hanya hadirin yg salut, saya sendiri tercengang dan takjub. Acara yg tadi malam (16/4/05) ditayang ulang di sebuah stasiun tv itu mengingatkan saya pada diri saya sendiri, teman-teman saya, pejabat-pejabat dan bangsa Indonesia umumnya yg sangat sulit menerima kritik secara lapang dada seperti Halle Berry.
Kita memang mesti banyak belajar dan membuka hati untuk menampung kritik. Menerima kritik memang tidak semudah menerima pujian. Tapi, pujian dan apresiasi tak akan pernah datang apabila kita tidak melakukan sesuatu yg berharga yg patut diapresiasi.
Dalam situasi stagnan dan jumud seperti itu, hanya kritik yg akan membuat kita bangkit dan memperbaiki diri. Apabila sudah demikian, pujian dan apresiasi akan datang pada waktunya. Sebaliknya, apabila kita menutup hati dan telinga dari kritik, maka stagnansi, kejumudan dan kenaifan gerak dan pikir akan semakin meningkat dan berlipat ganda. Dan pada saat kita mulai menyadarinya, segalanya sudah terlambat. Dan penyesalan demi penyesalan akan memenuhi rongga hati dan mulut kita.[]
New Delhi, 17 April 2005
Baca juga: Jiwa Petarung
A Fatih Syuhud; adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang. Penulis masalah Islam, pendidikan, pesantren dan politik. Tulisan opininya yang pernah dimuat di Kompas, Republika, dan lain-lain sudah dibukukan dengan judul, Islam dan Politik: Sistem Khilafah dan Realitas dunia Islam. Catatan Harian-nya di fatihsyuhud.com (dalam Bahasa Inggris) pernah dinobatkan Majalah Tempo (edisi 6 Agustus 2006) sebagai #1 dari 10 Penulis Blog Terbaik. Di Al-Khoirot mengajar kitab berikut: Tafsir Jalalain, Sahih Bukhari, Al-Umm, Muhadzab, Fathul Wahab, Iqna' dan Ibanah al-Ahkam.. Buku-buku yang sudah terbit dapat dilihat di Google Play Store.