Allah Lebih Tahu Apa yang Terbaik untuk Kita
Oleh: Syifaurrohman
Kelas: X Agama A
Allah itu maha tahu, jadi Allah lebih tahu mana yang terbaik untuk kita. Coba kita perhatikan apa yang di sabdakan oleh nabi S.A.W. ketika sahabat Tsa’labah yang dengan amat sangat meminta agar beliau berkenan mendoakannya menjadi orang kaya, dengan tegas nabi mengatakan “qolilun tuaddi syakarohu khoirun min katsirin la tuthi qohu” yang mana bermakna harta yang sedikit aslkan kamu mau mensyukuri itu juga lebih baik dari pada harta yang banyak namun kamu tak mampu menanggungnya.
Tsa’labah adalah seoarang sahabat nabi yang tekun berjamaah yang tak pernah absen berjamaah, namun gara-gara tak mampu menerima rezeki yang lebih, malah menjadikan Tsa’labah lupa akan kewajibannya kepada ALLAH S.W.T. , inilah yang dimaksud oleh nabi tidak mampu menanggung kekayaannya, sehingga bisa jadi kekayaan tersebut bukan nikmat dari ALLAH melainkan awal kehancuran kelak diakhirat.
Terkadang manusia berpikir baik untuk mereka namun sebenarnya tidak baik menurut Allah, dan baik menurut Allah tapi tidak baik menurut mereka, pikiran seperti ini terkadang membayangi seseorang biasanya ketika mereka tertimpa musibah. Seperti yang di firmankan ALLAH dalam Al-Qur’an yang artinya ”diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu, tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah maha mengetahui dan kamu tidak mengetahui.”
Kisah sahabat nabi di atas bukan berarti menjadikan kita tidak ingin sukses, tetapi dari kisah ini sebagai renungan agar kita tidak terpeleset dengan kehidupan dunia ini sehingga melalaikan persiapan bekal untuk akhirat.
Walaupun nabi pernah bersabda ”fakir adalah hiasan kelak di hari kiamat” namun di satu sisi Rosul juga pernah bersabda ”kehidupan fakir akan mendekatkan kekufuran” dalam artian kehidupan yang fakir adalah ujian yang paling berat. Sehingga andaikan orang mampu bersabar dalam ujian itu, maka kefakiran tersebut akan menjadikan mulia kelak disurga nanti. Begitu pun sebaliknya, jika tidak sabar dalam kefakiran, justru akan rawan terjatuh dalam kekufuran.
Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitabnya mengatakan bahwa faqir terbagi menjadi dua yaitu faqir matsubah (faqir yang menjadikan pahala) dan faqir uqubah (faqir yang akan menjadikan siksa).
Tanda dari faqir matsubah adalah dengan ujian faqir itu tidak menjadikannya mengeluh, justrua semakin giat bekerja tanpa melupakan kewajibannya kepada ALLAH dan senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan ALLAH kepadanya. Sebaliknya tanda faaqir uqubah adalah kefaqiran yang menjadikan dirinya semakin jauh dari ALLAH, sering mengeluh, dan tidak terima akan semua yang telah digariskan ALLAH, sehingga bisa menjadikannya kufur kepada ALLAH TA’ALA. (tankihul qoul hal 40)
Buletin MA Al-Khoirot ditulis dan diterbitkan oleh para siswa tingkat SLTA program Madrasah Aliyah Al-Khoirot. Sebuah lembaga yang terakreditasi (diakui pemerintah) dan berada di bawah Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang. Lebih detail, klik di sini!
Para siswa MA Al-Khoirot seluruhnya terdiri dari para santri Ponpes Al-Khoirot (PPA). Karena, syarat masuk MA Al-Khoirot adalah menjadi santri di PPA.