Umum

Advokasi Homoseksual (Gay) Di Surabaya Tahun 1982-1990

Advokasi Homoseksual (Gay) Di Surabaya Tahun 1982-1990

Homoseks yang terjadi di Surabaya saat tahun 1982-1990 berawal dari usaha dan kerja keras dari seorang aktivis gay yang bernama Dede Oetomo. Ia  berupaya untuk membuat sebuah organisasi khusus gay yang bertujuan agar orang lain yang terlahir sebagai gay seperti dirinya dapat menerima kodratnya sebagai gay dan bisa lebih berkembang sebagaimana manusia pada umumnya. Bagi Dede, homoseksual bukanlah suatu keadaan yang membatasi aktivitas seseorang untuk berkembang. Komunitas bernama KKLGN (Kelompok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara) atau yang umumnya dikenal dengan komunitas GAYa Nusantara juga dibuat sebagai wadah untuk merangkul dan menyediakan informasi seputar homoseksual kepada para gay, dimana informasi tersebut tidak bisa mereka dapatkan dari media informasi umum yang berkembang di masyarakat.

Aktivitas homoseks (gay) di Surabaya ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebelum adanya komunitas GAYa Nusantara di Surabaya (1982-1987) dan setelah dibentuknya komunitas GAYa Nusantara (1987-1990). Sebelum adanya komunitas GAYa Nusantara, aktivitas yang dilakukan oleh gay di Surabaya untuk mendapatkan informasi terkait dunia homoseksualitas cenderung lebih banyak mereka dapatkan secara langsung melalui bertatap muka. Informasi langsung tersebut diperoleh dengan bertemu di sejumlah acara yang dibuat seperti arisan, pesta, atau dengan melakukan ngeber disejumlah tempat yang telah disepakati. Selanjutnya, setelah dibentuknya komunitas GAYa Nusantara kebutuhan informasi bagi para homoseks (gay) terkait kesehatan, percintaan maupun informasi tentang homoseksualitas lainnya menjadi lebih mudah didapatkan. Aktivitas yang mereka lakukan tidak lagi hanya dengan melakukan ngeber saja. Karena GAYa Nusantara menerbitkan bacaan berupa buletin GAYa Nusantara, maka para gay dapat berpartisipasi langsung dalam menyumbangkan tulisannya untuk dimuat dalam majalah tersebut. Informasi yang dahulu hanya bisa mereka dapatkan melalui ngeber-pun kini bisa mereka peroleh dari GAYa Nusantara, baik dengan bacaannya maupun dengan kegiatan yang diselenggarakannya.

Penyelesaian masalah

Merehabilitasi mereka dengan cara: a) memberikan bimbingan konseling mengenai dampak negatifnya homoseks, b) merupakan perbuatan yang melanggar norma hukum (melanggar nilai pancasila pada sila pertama), c) melanggar norma kesusilaan, d)   merupakan perbuatan yang tidak disukai masyarakat. Lemahnya, pada masa itu tidak ada aturan perundangan yang mengatur tentang homoseks. Jadi mereka berani melakukan homoseks di tempat umum (publik). Ironisnya, ada salah satu aktivis yang melaksanakan pernikahan sesama jenis (pernikahan antara lelaki dengan sama jenisnya) dan adanya acara ngeber[1] serta adanya tulisan majalah yang mereka buat.

Segmentasi yang dituju:

Segmentasi yang kami tuju, pertama: kepada pelaku homoseks, yakni dengan cara pemberian wawasan akan bahayanya homoseks yang mana perbuatan tersebut dapat menimbulkan gejala penyakit, diantaranya penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan sifilis. Selain itu, perbuatan homoseks, berakibat merusak jaringan saraf otak serta dapat mengurangi fungsi akal. Tidak hanya itu saja, bahkan perbuatan homoseks sangat dilarang (haram) dalam agama Islam, bagi mereka yang beragama Islam. Hukum haramnya disepakati para ulama, juga dinashkan dalam nash al-qur’an.

Yang kedua: kepada publik (pemerintah), yakni memberikan usulan kepada pihak pemerintah untuk membuat perundangan homoseks secara eksplisit.

Baca juga : Jangan Mudah Terpancing Oleh Perbedaan

 

 

[1] Ngeber adalah acara kumpul-kumpul yang dilakukan oleh kalangan homoseks.

+ posts

Salah satu mahasiswa program studi Ahwal Syakhsiyah di IAI Al-Qolam Malang, Juga masih aktif menjadi santri Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang. Jangan lupa kunjungi Blog saya.

Avatar

Muhammad Mukhlis

Salah satu mahasiswa program studi Ahwal Syakhsiyah di IAI Al-Qolam Malang, Juga masih aktif menjadi santri Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang. Jangan lupa kunjungi Blog saya.